Rabu, 15 Mei 2013

JANJI TERAKHIR

Pagi ini dia datang menemuiku, duduk di sampingku dan tersenyum menatapku. Aku benar-benar tak berdaya melihat tatapan itu, tatapan yang begitu hangat, penuh harap dan selalu membuatku bisa memaafkannya. Aku sadar, aku sangat mencintainya, aku tidak ingin kehilangan dia., meski dia sering menyakiti hatiku dan membuatku menangis. Tidak hanya itu, akupun kehilangan sahabatku, aku tidak peduli dengan perkataan orang lain tentang aku. Aku akan tetap memaafkan Elga, meskipun dia sering menghianati cintaku.

“Aku gak tau harus bilang apa lagi, buat kesekian kalinya kamu selingkuh! Kamu udah ngancurin kepercayaan aku!”

Aku tidak sanggup menatap matanya lagi, air mataku jatuh begitu deras menghujani wajahku. Aku tak berdaya, begitu lemas dan Dia memelukku erat.

“Maafin aku Nilam, maafin aku! Aku janji gak akan nyakitin kamu lagi. Aku janji Nilam. Aku sayang kamu! Please, kamu jangan nangis lagi!”

Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi selain memaafkannya, aku tidak ingin kehilangan Elga, aku sangat mencintainya.

Malam ini Elga menjemputku, kami akan kencan dan makan malam. Aku sengaja mengenakan gaun biru pemberian Elga dan berdandan secantik mungkin. Kutemui Elga di ruang tamu, Dia tersenyum, memandangiku dari atas hingga bawah.

“Nilam, kamu cantik banget malam ini.”

“Makasih. Kita jadi dinner kan?”

“Ya tentu, tapi Nilam, malam ini aku gak bawa mobil dan mobil kamu masih di bengkel, kamu gak keberatan kita naik Taksi?”

“Engga ko, ya udah kita panggil Taksi aja, ayo.”

Dengan penuh semangat aku menggandeng lengan Elga. Ini benar-benar menyenangkan, disepanjang perjalanan Elga menggenggam erat tanganku, aku bersandar dibahu Elga menikmati perjalanan kami dan melupakan semua kesalahan yang telah Elga perbuat padaku.

Kami berhenti disebuah Tenda di pinggir jalan. Aku sedikit ragu, apa Elga benar-benar mengajakku makan ditempat seperti ini. Aku tahu betul sifat Elga, dia tidak mungkin mau makan di warung kecil di pinggir jalan.

“Kenapa El? Mienya gak enak?”

“Enggak ko, mienya enak, Cuma panas aja. Kamu gak apa-apa kan makan ditempat kaya gini Nilam?”

“Enggak. Aku sering ko makan ditempat kaya gini. Mie ayamnya enak loch. Kamu kunyah pelan-pelan dan nikmati rasanya dalam-dalam.”

Aku yakin, Elga gak pernah makan ditempat kaya gini. Tapi sepertinya Elga mulai menikmati makanannya, dia bercerita panjang lebar tentang teman-temannya, keluarganya dan banyak hal.
Dua tahun bersama Elga bukan waktu yang singkat, dan tidak mudah untuk mempertahankan hubungan kami selama ini. Elga sering menghianati aku, bukan satu atau dua kali Elga berselingkuh, tapi dia tetap kembali padaku. Dan aku selalu memaafkannya, itu yang membuatku kehilangan sahabat-sahabatku. Mereka benar, aku wanita bodoh yang mau dipermainkan oleh Elga. Meskipun kini mereka menjauhiku, aku tetap menganggap mereka sahabatku.

Selesai makan Elga Nampak kebingungan, dia mencari-cari sesuatu dari saku celananya.

“Apa dompetku ketinggalan di Taksi?”

“Yakin di saku gak ada?”

“Gak ada. Gimana dong?”

“ya udah, pake uang aku aja. Setiap jalan selalu kamu yang traktir aku, sekarang giliran aku yang traktir kamu. Ok!”

“ok. Makasih ya sayang, maafin aku.”

Saat di kampus, aku bertemu dengan Alin dan Flora. Aku sangat merindukan kedua sahabatku itu, hampir empat bulan kami tidak bersama, hingga saat ini mereka tetap sahabat terbaikku. Saat berpapasan, Alin menarik tanganku.

“Nilam, kamu sakit? Ko pucet sich?”

Alin bicara padaku, ini seperti mimpi, Alin masih peduli padaku.

“Engga, Cuma capek aja ko Lin. Kalian apa kabar?”

“Jelas capek lah, punya pacar diselingkuhin terus! Lagian mau aja sich dimainin sama cowok playboy kaya Elga! Jangan-jangan Elga gak sayang sama kamu? Ups, keceplosan.”

“Stop Flo! Kasian Nilam! Kamu kenapa sich Flo bahas itu mulu? Nilam kan gak salah.”
“Udah dech Alin, kamu diem aja! Harusnya kamu ngaca Nilam! Kenapa kamu diselingkuhin terus!”

Flora bener, jangan-jangan Elga gak sayang sama aku, Elga gak cinta sama aku, itu yang buat Elga selalu menghianati aku. Selama ini aku gak pernah berfikir ke arah sana, mungkin karena aku terlalu mencintai Elga dan takut kehilangan Elga. Semalaman aku memikirkan hal itu, aku ragu terhadap perasaan Elga padaku. Jika benar Elga tidak mencintaiku, aku benar-benar tidak bisa memaafkannya lagi.

Meskipun tidak ada jadwal kuliah, aku tetap pergi ke kampus untuk mengerjakan tugas kelompok. Setelah larut malam dan kampus sudah hampir sepi aku pun pulang. Saat sampai ke tempat parkir, aku melihat Elga bersama seorang wanita. Aku tidak bisa melihat wajah wanita itu karena dia membelakangiku. Mungkin Elga menghianatiku lagi. Kali ini aku tidak bisa memaafkannya. Mereka masuk ke dalam mobil, aku bisa melihat wanitaitu, sangat jelas, dia sahabatku, Flora….

Sungguh, aku benar-benar tidak bisa memaafkan Elga. Akan ku pastikan, apa Elga akan jujur padaku atau dia akan membohongiku, ku ambil ponselku dan menghubungi Elga.

“Hallo, kamu bisa jemput aku sekarang El?”

“Maaf Nilam, aku gak bisa kalo sekarang. Aku lagi nganter kakak, kamu gak bawa mobil ya?”

“Emang kakak kamu mau kemana El?”

“Mau ke…, itu mau belanja. Sekarang kamu dimana?”

“El! Sejak kapan kamu mau nganter kakak kamu belanja? Sejak Flora jadi kakak kamu? Hah?!!”

“Nilam, kamu ngomong apa sayang? Kamu bilang sekarang lagi dimana?”

“Aku liat sendiri kamu pergi sama Flora El! Kamu gak usah bohongin aku! Kali ini aku gak bisa maafin kamu El! Kenapa kamu harus selingkuh sama Flora El? Aku benci kamu! Mulai sekarang aku gak mau liat kamu lagi! Kita Putus El!”

“Nilam, ini gak…….”

Kubuang ponselku, kulaju mobilku dengan kecepatan tertinggi, air mataku terus berjatuhan, hatiku sangat sakit, aku harus menerima kenyataan bahwa Elga tidak mencintaiku, dia berselingkuh dengan sahabatku.

Beberapa hari setelah kejadian itu aku tidak masuk kuliah, aku hanya bisa mengurung diri di kamar dan menangis. Beruntung Ibu dan Ayah mengerti perasaanku, mereka memberikan semangat padaku dan mendukung aku untuk melupakan Elga, meskipun aku tau itu tak mudah. Setiap hari Elga datang ke rumah dan meminta maaf, bahkan Elga sempat semalaman berada di depan gerbang rumahku, tapi aku tidak menemuinya. Aku berjanji tidak akan memafkan Elga, dan janjiku takan kuingkari, tidak seperti janji-janji Elga yang tidak akan menghianatiku yang selalu dia ingkari.

Hari ini kuputuskan untuk pergi kuliah, aku berharap tidak bertemu dengan Elga. Tapi seusai kuliah, tiba-tiba Elga ada dihadapanku.

“Maafin aku Nilam! Aku sama Flora gak ada hubungan apa-apa. Aku Cuma nanyain tentang kamu ke dia Nilam!

“Kita udah putus El! Jangan ganggu aku lagi! Sekarang kamu bebas! Kamu mau punya pacar Tujuh juga bukan urusan aku!”

“Tapi Nilam…..”

Aku berlari meninggalkan Elga, meskipun aku sangat mencintainya, aku harus bisa melupakannya. Elga terus mengejarku dan mengucapkan kata maaf. Tapi aku tak pedulikan dia, aku semakin cepat berlari dan menyebrangi jalan raya. Ketika sampai di seberang jalan, terdengar suara tabrakan, dan…………
 
“Elgaaaa…..”

Elga tertabrak mobil saat mengejarku, dia terpental sangat jauh. Mawar merah yang ia bawa berserakan bercampur dengan merahnya darah yang keluar dari kepala Elga.

“Elga, maafin aku!”

“Nilam. Ma-af ma-af a-ku jan-ji jan-ji ga sa-ki-tin ka-mu la-gi a-ku cin-ta ka-mu a-ku ma-u ni-kah sa-ma kam……”

“Elgaaaaaa……”

Elga meninggal saat itu juga, ini semua salahku, jika aku mau memaafkan Elga semua ini takan terjadi. Sekarang aku harus menerima kenyataan ini, kenyataan yang sangat pahit yang tidak aku inginkan, yang tidak mungkin bisa aku lupakan. Elga menghembuskan nafas terakhirnya dipelukanku, disaat terakhir dia berjanji takan menyakitiku lagi, disaat dia mengatakan mencintaiku dan ingin menikah denganku. Dia mengatakan semuanya disaat meregang nyawa ketika menahan sakit dari benturan keras, ketika darahnya mengalir begitu deras membasahi aspal jalanan.
Rasanya ingin sekali menemani Elga didalam tanah sana, menemaninya dalam kegelapan, kesunyian, kedinginan, aku tidak bisa berhenti menangis, menyesali perbuatanku, aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri.

Satu minggu setelah Elga meninggal, aku masih menangis, membayangkan semua kenangan indah bersama Elga yang tidak akan pernah terulang lagi. Senyuman Elga, tatapan Elga, takan pernah bisa kulupakan.

“Nilam sayang, ini ada titipan dari Ibunya Elga. Kamu jangan melamun terus dong! Kamu harus bangkit! Biar Elga tenang di alam sana. Ibu yakin kamu bisa!”

“Ini salah aku Bu. Aku butuh waktu.”

Kubuka bingkisan dari Ibu Elga, didalamnya ada kotak kecil berwarna merah, mawar merah yang telah layu dan amplop berwarna merah. Didalam kotak merah itu terdapat sepasang cincin. Aku pun menangis kembali dan membuka amplop itu.


Dear Nilam,
Nilam sayang, maafin aku, aku janji gak akan nyakitin kamu, aku sangat mencintai kamu, semua yang udah aku lakuin itu buat ngeyakinin kalo Cuma kamu yang terbaik buat aku, Cuma kamu yang aku cinta.
Aku harap, kamu mau nemenin aku sampai aku menutup mata, sampai aku menghembuskan nafas terakhirku. Dan cincin ini akan menjadi cincin pernikahan kita.
Aku sangat mencintaimu, aku tidak ingin berpisah denganmu Nilam.
Love You
Elga

Air mataku mengalir semakin deras dari setiap sudutnya, kupakai cincin pemberian Elga, aku berlari menghampiri Ibu dan memeluknya.

“Bu, aku udah nikah sama Elga!”

“Nilam, kenapa sayang?”

“Ini!” Kutunjukan cincin pemberian Elga dijari manisku.

“Nilam, kamu butuh waktu nak. Kamu harus kuat!”

“Sekarang aku mau cerai sama Elga Bu!” kulepas cincin pemberian Elga dan memberikannya pada Ibu.

“Aku titip cincin pernikahanku dengan Elga Bu! Ibu harus menjaganya dengan baik!”
Ibu memeluku erat dan kami menangis bersama-sama.

I LOVE YOU, GOODBYE...

ku memandangi foto tersebut beberapa saat. “Hanna, i’ll keep you on my mind... we will meet again someday. Goodbye...” Ucapku dengan memegang erat selembar foto di tangan kanan lalu menempalkannya di dada.

“Hanna!!” mimpi itu lagi! sudah beberapa kali aku bermimpi seperti itu.


“aku tidak tau mengenai Hanna semenjak kepindahannya. Lagipula, kenapa kau baru mencarinya sekarang? Terakhir kali aku bertemu Hanna 2 tahun yang lalu, ia bercerita kepadaku bahwa keluargamu tidak menyetujui hubungan kalian. Karena itu kah kau meninggalkan Hanna ke Paris ?” Celotehan Irina membuatku benar-benar merasa bersalah. Saat ini aku membutuhkan dukungan, bukan nasehat-nasehat yang memojokkan posisiku. Pergi ke Paris juga bukanlah keinginanku. Tetapi, jika aku tidak melakukannya aku akan lebih melukai Hanna.

“Irina, aku datang kepadamu untuk menanyakan keberadaan Hanna, bukan untuk mendengarkan ocehanmu! Kau tidak tau apa pun mengenai aku, jadi jangan pernah berkata seolah-olah aku yang paling bersalah dalam hal ini!” bentakku padanya. Irina menghampiriku, kemudian aku merasa cairan bening mengalir dari atas membasahi kepalaku. Wanita itu menyiramku dengan segelas air putih! “apa-apaan kau Irina?!”

Ia tersenyum sinis. Matanya menatapku tajam penuh rasa kebencian. “kenapa kau hanya mencintainya Evan?! Aku menyukaimu lebih dari Hanna!! Kalau wanita yang kau puja-puja itu memang mencintaimu, mengapa dia pergi?! Mengapa dia tidak tetap diam menunggmu seperti yang aku lakukan selama ini?! Aku bisa memberikanmu kasih sayang yang tidak pernah Hanna berikan kepadamu Evan!” ucapan Irina membuatku bergidik. Wanita itu sungguh menakutkan. Ia terlalu terobsesi terhadapku yang tidak pernah menyukainya sedikitpun. Tanpa pikir panjang aku langsung mengambil langkah seribu meninggalkan rumahnya.

Tampaknya datang pada Irina adalah keputusan yang salah. Tapi hanya dia satu-satunya yang tersisa. Semua orang yang dekat atau pernah dekat dengan Hanna sudah aku kunjungi rumahnya satu per satu, namun mereka juga tidak mengetahui keberadaan wanita yang sangat ku cintai itu.

Aku mulai putus asa. Aku tidak tau lagi harus berbuat apa dan pergi kemana untuk mencarinya. Akhirnya aku memutuskan untuk menenangkan diri ke tempat aku dan Hanna biasa berkunjung. Duduk di tepi pantai dan menatap lautan luas adalah kegemaran kami. Namun rasanya kini tidak sama seperti dulu. Sekarang Hanna tidak ada di sampingku, ia pergi entah kemana tanpa meninggalkan jejak.

Langit biru yang cerah mulai berubah warna menjadi oranye kekuningan. Tidak terasa aku sudah berjam-jam duduk di tepi pantai ini. Aku seperti orang bodoh. Menunggu dan berharap Hanna akan datang dan tersenyum kepadaku. Hanna, aku harus menjelaskan padamu alasan aku meninggalkanmu dan memintamu untuk menunggu tanpa waktu yang jelas, tapi di mana dirimu saat ini?

Ckrek!

Tiba-tiba saja aku melihat kilatan lampu flash. Tampaknya seseorang telah mengambil fotoku dari belakang tanpa sepengetahuanku. Aku membelokkan badanku dan ternyata dugaanku benar! “apa yang kau lakukan?! Aku tidak suka seseorang memotretku tanpa izin!” wanita itu tidak memedulikanku dan masih menatapi kamera DSLR-nya.

“ah, oh, maaf, aku tidak sengaja memotretmu. Hanya saja kau terlihat begitu menyatu dengan objek sekitar. Kalau kau keberatan kau boleh menghapusnya.” Ia perlahan menghampiriku. Ia menyodorkan kameranya ke arahku. “ini, hapuslah sendiri fotomu.” Ujarnya.

Entah perasaan apa yang menghinggapiku. Aku tidak suka seseorang mengambil fotoku tanpa izin terlebih dengan orang yang tidak ku kenal. Tetapi kali ini berbeda. Aku ingin mengambil kamera itu dan menghapusnya tapi aku tidak bisa. Hatiku berkata untuk tidak menghapusnya. “tidak perlu. Kau bisa menyimpannya.” Kataku berusaha bersikap acuh.

“sungguh?! Terimakasih! Oya, siapa namamu?” wanita itu tersenyum riang.

Tanpa sadar aku bersama dengannya sepanjang sore. Kami berbincang-berbincang tentang banyak hal hingga larut. Dan selama itu aku tidak memikirkan Hanna. Kehadiran wanita bernama Kelly yang mempunyai hobby fotografi itu telah membuatku merasa semakin bersalah terhadap Hanna. Bisa-bisanya aku bersama wanita lain dan melupakannya. Aku tidak tau, sungguh... semua mengalir begitu saja. Hanna, aku harap kau tidak marah padaku jika kau mengetahui ini. Aku hanya mencintaimu seorang.



“jadi kau pergi meninggalkannya karena terpaksa? Kalau kau tetap bersama dengannya apa yang akan terjadi?” baru 2 hari aku mengenal wanita ini, tapi aku merasa sangat dekat dengan dirinya. Kelly adalah tipe yang periang. Setiap aku menatap matanya yang berkilat-kilat, aku merasa ia memberikan aku semangat untuk tetap menjalani hidup walau perih.

“jika aku tetap bersamanya... ibu ku akan melukainya dengan cara memperkenalkan Hanna dengan Christie.” Aku tak mampu meneruskan ceritaku. Aku tertunduk berusaha tegar. Namun beberapa saat terdiam aku kembali mengangkat kepalaku yang terasa berat dan menatap Kelly untuk melanjutkan ceritaku. “Christie adalah wanita asal Paris yang di jodohkan denganku. Semua itu adalah ulah ibu ku, maksudku ibu tiriku. Ia ingin menyingkirkan aku dari rumah dan menguasai harta almarhum Papaku. 3 tahun aku menetap disana sampai pada saat acara pertunanganku dan Christie diselenggarakan, tiba-tiba ibu tiriku mengalami serangan jantung dan ia meninggal di tempat. Aku berfikir bahwa ini adalah kesempatan bagiku untuk kembali ke Indonesia dan menemui Hanna. Tapi aku masih belum dapat bertemu dengannya. Aku takut sesuatu terjadi kepadanya.”

Wanita itu memegang bahuku dengan kedua tangannya. Ia menarikku ke dalam pelukannya. “kau laki-laki yang sangat baik Evan. Mendengar ceritamu aku jadi merasa iri terhadap Hanna. Ia beruntung sekali mendapati dirimu. Aku akan membantu mencarinya.”

“terimakasih Kelly.” Ucapku pelan karena sedikit terkejut.

“sebaiknya kita pulang sekarang, langit sudah gelap. Bye Evan.” Lagi –lagi gadis itu memamerkan senyum lebarnya yang indah. Aku seperti terhipnotis olehnya. Aku tidak boleh begini. Aku harus sadar dan memikirkan Hanna.

Langkah kakiknya semakin menjauh, sosoknya pun samar-samar tak terlihat lagi oleh kedua mataku yang mempunyai minus 2. Kini hanya aku yang berada di tepi pantai ini. Ketika aku bersiap pergi dari sana tiba-tiba terdengar suara seperti bisikan angin:

“Evan, selamat tinggal... aku harap kau bahagia bersama dengannya. Terimakasih untuk semua cinta yang pernah kau berikan.”

Suara itu lembut dan sangat pelan. Tetapi aku masih bisa mendengarnya dengan jelas. Aku rasa ini hanya halusinasiku saja karena belakangan ini aku selalu berkunjung ke tempat aku dan Hanna biasa bersama. Aku begitu rindu terhadapnya sehingga aku sampai mendengar suara-suara aneh di telingaku.

Jam menunjukkan angka 8 dan aku langsung melesat ke parkiran mobil dan menginjak gas untuk pergi dari tempat itu. Di tengah perjalanan aku teringat kembali akan semacam suara atau bisikan di telingaku tadi saat di pantai. Hanna, dimana dirimu? Aku rasa aku sedang frustasi sampai-sampai mengira suara itu adalah suaramu.

Ciiiittttttt...

Hampir saja aku menabrak wanita tersebut! Untunglah aku segera menginjak pedal rem. Ketidakkonsentrasianku ini cukup untuk menyeretku ke penjara. Aku melepas seat belt dan berniat menghampirinya. Tetapi ketika aku keluar mobil aku tidak melihat siapapun. Kemana wanita itu pergi? Tanyaku dalam hati penasaran.
 
“Hei! Evan! Apa yang kau lakukan di jalanan sepi seperti ini?” seruan itu.. aku rasa aku mengenal suara itu.
 
“K- Kelly?” kataku sedikit gugup tak percaya. Suatu kebetulan yang luar biasa menurutku.
Selangkah, dua langah, tiga langakah ia berjalan mendekatiku. Sekarang ia tepat di depan wajahku. Kelly terdiam tertunduk menatap aspal jalanan beberapa saat, lalu kemudian dengan secepat kilat ia merangkulku, ia merangkulku dengan erat seperti orang yang sudah sangat lama tidak bertemu dan meluapkan kerinduannya yang membuncah. Dan pelukannya kali ini berbeda jauh dengan yang sebelumnya.

“h-hei, Kelly, ada apa denganmu?” tanyaku agak terbata-bata karena kelakuan wanita satu ini. Entah mengapa aku merasa gugup, aku tidak nyaman ia memelukku. Aku merasakan hal yang aneh dan di lain sisi aku juga tidak enak dengan Hanna.

“jangan merasa tidak enak. Aku hanya ingin memelukmu sebentar saja Evan.” Nadanya begitu lembut dan membuat aku luluh. Aku membalas pelukan Kelly dan membiarkan ia juga memelukku.


“Evan, kemana lagi kita harus mencari Hanna? Kita sudah mengunjungi rumah tempat ia tinggal dulu dan menanyakan kepada tetangga sekitar namun tidak ada yang tahu dimana keberadaan ia atau keluarganya saat ini.” aku mendengar suara Kelly yang sedang menyetir mobil. Aku tau ia bertanya padaku. Tetapi aku tidak menjawabnya. Aku diam membisu karena aku masih teringat akan kejadian semalam. Entahlah, tetapi dari nada bicara Kelly ia seperti tidak pernah melakukan hal itu.

“Aku tau Evan, kau ingin pergi ke pantai itu lagi dan menghabiskan waktu disana saja, bukan? Baiklah, aku akan menemanimu.” Ujarnya.

Sesampainya kami disana, seperti hari-hari yang lalu aku dan Kelly duduk di atas pasir putih tepi pantai tersebut dan memandangi lautan biru luas yang indah serta gumpalan awan cerah yang berbentuk seperti gulali.

“Hanna, ah maksudku Kelly... boleh aku tau dimana kau kemarin jam 8 malam?” senatural mungkin aku bertanya pada Kelly agar ia tidak curiga. Entah mengapa aku ingin menanyakan hal ini.

“ah, jam 8 kalau tidak salah aku menelfonmu tetapi handphone-mu sepertinya tidak aktif. Memangnya ada apa Evan?” wanita itu menjawab pertanyaanku sambil memotret objek-objek di sekitarnya.

Apa?! Lalu siapa yang memelukku kemarin malam?! “t-tidak, tidak ada apa-apa.” ucapku berharap Kelly tidak menyadari keterkejutanku.

Ia berdiri dan menghempaskan pasir dari celana panjang. “Evan, tolong pegang dulu kameraku, aku mau ke kamar kecil.”

“baiklah.” Kataku sekenannya.

Melihat kamera itu hatiku seperti tertarik untuk melihat foto-foto yang ada di dalamnya. Aku mulai menelusuri satu persatu foto demi foto yang diambil oleh Kelly. Dia memang wanita yang berbakat. Semua hasil potretannya bagiku begitu memukau.

“hei, kau sedang apa? melihat-lihat foto ya?” sahut seseorang yang sudah pasti Kelly. Rupanya ia kembali dalam waktu yang sangat singkat, padahal aku belum menemukan fotoku karena terlalu banyak tertimpa oleh foto lainnya.

Aku mengulurkan kamera itu padanya. “ya, hanya sekedar melihat-lihat. Kau memang fotografer yang handal menurutku.”
 
“haha Evan kau pandai sekali memuji. Tapi aku masih amatir dan harus banyak belajar lagi.” Ia tertawa lepas dan tersenyum lalu kembali mengambil gambar di sekitarnya.

“Evan, bagaimana kalau kita foto bersama? Kau mau tidak?” tanya gadis itu dengan mimik yang berharap aku akan mengiyakannya.

“baiklah, terserah kau saja.”

Ckrek!

“waaah Evan, lihat!” Kelly menunjukan hasil foto di layar LCD kamera itu kepadaku. Ia mengarahkan jari telunjuknya ke wajahku. “kau tampan sekali, kalau teman-temanku melihatnya mereka pasti akan berebutan untuk berkenalan denganmu haha.”

“sepertinya virusku tertular. Sekarang kau jadi pandai memuji Kelly.” Sindirku diiringi sedikit gelak tawa.

“mungkin saja haha.” Wanita itu tertawa renyah sampai matanya benar-benar menyipit.

Bersama dengannya aku merasa hal yang berbeda. Apa ini adalah rencana Tuhan untukku? Apa aku harus melupakan Hanna dan memulai kehidupan yang baru dengan orang yang baru juga? Entahlah, sempat terlintas difikiranku seperti itu tetapi aku belum berani mengambil tindakan nyata. Aku takut keputusan yang ku pilih malah akan memperburuk keadaan.

Bagaimana jika ketika aku sudah memilih Kelly, tiba-tiba Hanna muncul dan kembali? Aku tidak tau harus menjelaskan padanya mulai dari mana. Aku tidak ingin melukai hatinya lagi.

“Evan, aku akan bahagia jika kau bersama Kelly. Dia wanita yang baik. Kau tidak perlu ragu.”

Suara bisikan itu lagi! “Kelly, kau dengar suara itu?” tanyaku padanya seperti orang paranoid.

“suara apa Evan? Aku tidak mendengar apa pun, dan tidak ada suara lain selain desiran ombak di sini.”

“sudahlah, lupakan saja.” Ini membuatku gila. Suara itu kembali muncul dan membuat bulu kudukku berdiri. Apa maksud semua ini??


Nada dering handphoneku berbunyi cukup keras dan berhasil membangunkanku yang masih terlelap. Aku menekan tombol ‘jawab’ tanpa melihat siapa yang menelfon karena mataku menempel dan aku kesulitan membukanya.

“hallo..” sapaku dengan suara berat dan sedikit serak khas orang bangun tidur.

“astaga Evan, kau baru bangun tidur? Ini sudah jam 8, kau tau?!” omelan dengan intonasi yang cukup tinggi serta suara yang agak cempreng ini tidak salah lagi adalah milik Kelly.

“ah Kelly, berhenti mengomel. Telingaku sakit, kau tau? Ada apa menelfon pagi-pagi? Tidak biasanya kau begini.” Akhirnya setelah usaha yang cukup keras mataku bisa terbuka dan aku langsung melangkah ke kamar mandi untuk mencuci muka sambil masih menempelkan benda kecil itu di telingaku.

“aku sedang di tempat cetak foto. Aku ingin mencuci fotomu yang pertama kali aku ambil dan foto kita kemarin.” Ucapnya terkekeh. “setelah selesai aku akan kerumahmu untuk memberikannya. Jadi aku harap kau segera mandi karena aku tidak mau kebauan ketika berada didekatmu nanti haha.”

“ok ok, baiklah. Aku tunggu.”


“Evan, Kelly is here.” Aunty Clarice memasuki kamarku, ia adalah wanita asal Australia, ia juga istri dari kakakku satu-satunya yaitu James. Tetapi berhubung kakakku sedang mengurus cabang perusahaan keluarga di Jerman, ia meninggalkan istrinya dirumah bersama denganku dan sekaligus untuk menemaniku.

Ia berjalan ke arahku yang sedang duduk di atas kasur sambil membaca buku. “i’m happy you already moved on from Hanna.”

“i’ve never tried to do that Aunty. Hanna will always be in my mind.” Ujarku menutup buku itu lalu turun ke lantai bawah untuk menemui Kelly.

“Don’t deny Evan. Don’t ignore your heart cause your mind won’t be able to feel it.” Seru Aunty Clarice.

Perkataan Aunty-ku memang benar. Tetapi saat ini aku belum tau apa yang aku rasakan dan apa yang harus kulakukan serta kuputuskan.

“hei Kelly, sudah lama menunggu?” sahutku dari lantas atas lalu menuruni anak tangga satu persatu.

“oh h-hai Evan, tidak juga.” Suara Kelly terdengar gugup dan aneh. Seperti ada seseuatu yang ia sembunyikan dariku.

Aku baru ingat bahwa ia kemari karena ingin memberikan hasil fotonya. Aku pun menagih janji itu. “oya, boleh aku lihat foto yang sudah kau cetak? Pasti hasilnya sangat bagus.” Ucapku dengan menorehkan senyum kepadanya.

“ah i-itu.. iya hampir saja aku lupa.” Kelly langsung merogoh-rogoh ke dalam tas warna coklatnya mencari benda tersebut, tetapi tampaknya foto itu tidak ada. “mmm.. maaf Evan, aku rasa aku meninggalkannya di tempat cuci foto tadi. Aku akan mengambilnya dan segera kembali.” Aku bisa melihat dari bahasa tubuh Kelly yang canggung dan bersikap tidak seperti biasanya. Aku tau ada sesuatu yang terjadi dan ia tidak ingin aku mengetahuinya.

“tidak perlu Kelly!” pekikku cukup keras karena wanita itu sudah berada di ambang pintu dan bersiap pergi. “sini, duduklah dulu.” Kataku sambil menepuk-nepuk sofa.

Ia berjalan kaku menghampiriku dan duduk di sampingku. Aku memperhatikan air mukanya yang gusar dan agak pucat. “Kelly, tatap aku!” perintahku. Dengan terpaksa ia memutar kepalanya 90© dan berusaha memandangku. “Ada apa sebenarnya? Apa yang kau sembunyikan dariku?” tanyaku mendalam.

Gadis itu mengalihkan tatapannya dan tertunduk. Aku bisa mendengar dengan jelas bahwa ia sekarang tengah menangis sesenggukan. “aku berbohong Evan. Ambilah di dalam tasku dan lihatlah sendiri.”

Aku mengikuti perkataannya. Tapi untuk apa Kelly berbohong? Ini hanyalah foto. Batinku terus bertanya seperti itu sampai akhirnya aku mendapatkan benda yang kucari.

Terdapat 2 lembar foto dan foto yang pertama kulihat adalah foto aku dan Kelly saat di pantai kemarin. Kelly terlihat cantik dan begitu ceria di foto tersebut. Hal apa yang harus ia khawatirkan sampai-sampai ia berbohong padaku? Aneh sekali pikirku.

Foto selanjutnya... mungkin ini adalah alasan Kelly bersikap begitu. Aku tidak percaya melihatnya. Aku benar-benar shock. Jantungku berhenti berdetak dan seluruh syarafku mati selama beberapa saat. Aku tidak tau apakah ini editan semata atau foto asli sungguhan.

“Kelly, tolong jelaskan padaku. Kau yang mengedit fotoku, iya kan Kelly?!” aku menaikkan nada bicaraku terhadapnya karena foto ini memang sulit dipercaya.

“tidak Evan. Aku tidak mengeditnya. Aku juga tidak tau kenapa hasilnya bisa seperti itu.” suara parau dan tangisnya yang tak henti membuatku merasa bersalah. Aku telah menuduhnya melakukan itu. Aku telah bersikap kelewatan kepada wanita ini.

Aku memeluknya dalam sekejap. Aku tak mengerti mengapa aku bertindak seperti ini. Mungkin perkataan Aunty Clarice benar. Aku tidak boleh menyangkalnya. Aku tidak boleh mengabaikan hatiku karena pikiranku tak akan mampu merasakan kebenaran yang dirasakan oleh hatiku.

“maafkan aku Kelly. Aku tidak bermaksud menuduhmu. Aku... aku hanya... ini sulit sekali dipercaya. Tapi aku harus mengatakan ini padamu.” Aku melepaskan pelukanku perlahan lalu menggengam tangannya dan memandang matanya lekat-lekat. “aku menyukaimu Kelly. Sungguh. Ini nyata perasaanku yang sebenarnya. Kau pasti meragukannya, tapi aku mohon kali ini percayalah. Sejak pertama berkenalan denganmu aku mulai merasa bayangan Hanna memudar dan perlahan kau menggantikan posisinya dihatiku. Senyumanmu memberikanku semangat. Tawamu telah merubah aku yang dulu selalu menyalahkan diri sendiri karena meninggalkan Hanna. Aku jujur dengan ucapanku Kelly.”

Ia berhenti menangis dan menatapku. Tatapan matanya tampak sedang mencari-cari kejujuran didalam mataku. Tiba-tiba saja wanita itu merangkulku erat sekali.

“akhirnya kau bisa mencintai orang lain. Aku sangat bahagia Evan. Maaf aku menggunakan tubuh Kelly untuk berbicara denganmu. Kau begitu serasi dengannya. Satu saja permintaanku Evan, aku ingin kau dan Kelly datang ke tempatku.” Suara itu! Aku ingat sekarang. Ini adalah suara Hanna!

“tidak, Hanna, jangan pergi!” aku semakin mempererat pelukanku.

“Evan, aku tidak punya banyak waktu. Aku harus pergi setelah aku dapat berbicara denganmu. Terimakasih untuk semua cinta yang pernah kau berikan. Kau adalah pria yang istimewa bagiku.” Aku meneteskan air mata mendengar perkataan Hanna. Bagaimana bisa ia meninggal? Apa yang telah terjadi?

“tunggu! Hanna, apa yang telah terjadi padamu?” dengan cepat aku melepaskan dekapanku dari tubuh Kelly yang berisikan roh Hanna.

“a-aku... meminta keluargaku untuk pindah kuliah ke Bali. Aku berharap bisa melupakanmu di sana. Tetapi aku salah, aku justru semakin merindukanmu yang tak kunjung datang. Nilaiku juga menurun drastis, dan aku tidak ada orang yang mau dekat denganku karena mereka berfikir aku wanita yang aneh dan selalu menyendiri. Mereka menjauhi aku dan memandangku sinis. Karena aku tidak tahan akan cobaan ini, akhirnya aku menjatuhkan diri dari lantai 5 gedung asramaku. Evan, aku malu sebenarnya menceritakannya padamu. Aku wanita yang lemah, tapi kau harus tau. Aku tidak ingin membuatmu terus bertanya-tanya dan mencari aku yang bahkan sudah tiada.” Kelly, melalui dirimu aku dapat melihat tatapan sedih Hanna. Aku bisa merasakannya.

“Hanna, kemana aku harus pergi?” tanyaku polos.

“aku akan menyampaikannya pada Kelly. Aku harus pergi Evan. I love you, goobye...” setelah mengucapkan kalimat terakhirnya tubuh Kelly kemudian terkulai lemas, pingsan di atas sofa.


Jumat, 11 November 2011 - Denpasar, Bali

Aku dan Kelly saat ini berada di tempat, di mana Hanna dimakamkan. Ternyata setelah meninggalnya Hanna, orangtuanya kembali ke kampung halamannya di Manado. Aku tak dapat bersua. Aku masih belum menyangka nisan di hadapanku ini benar-benar miliknya. Meskipun tertulis jelas dan lengkap nama “Hanna Isabel Maria” namun di dalam hatiku, aku berharap ini adalah Hanna Isabel Maria yang lain, bukan Hanna yang ku cintai.

“Evan, cepat letakkan bunga melati putih itu. Hanna pasti sudah menunggu momen ini. Aku yakin dia bahagia di atas sana.”ujar Kelly yang berdiri di sampingku yang sudah lebih dahulu menaruh bunga di atas makam Hanna.

Tanganku gemetar ketika akan menaruh bunga tersebut. Aku seakan tak mampu menghadapi kenyataan ini. Tetapi Kelly menggengam tanganku. Ia membantuku dengan senyum ikhlasnya. Tak terlihat sama sekali kecemburuan di wajahnya walau ia tau masih ada sebagian dari Hanna yang tertinggal di dalam diriku.

Aku mengeluarkan selembar foto dari dompetku dan menaruhnya di dekat bunga melati putih itu. Ya, foto yang ku taruh adalah hasil jepretan Kelly yang membuatku tersentak kaget. Foto itu adalah fotoku saat pertama kali aku dan Kelly bertemu. Ia memotretku dari belakang, dan ternyata terdapat sosok bayangan Hanna yang cukup jelas di dalam foto tersebut setelah dicetak. Ia terlihat sedang duduk di sampingku, dan yang membuatku lebih terkejut yaitu ia tampak seperti mencium pipiku. Saat pertama kali melihatnya aku meneteskan air mata karena begitu tak percaya. Namun, biar bagaimanapun itu adalah kenyataannya.

“Kelly, tetaplah bersamaku dan jangan pernah meninggalkan aku. Karena apa pun yang terjadi aku tidak akan pergi darimu.” aku memeluknya dengan erat. Aku tidak akan lagi menyia-nyiakan wanita yang berharga dalam hidupku. Cukup sekali aku berbuat kesalahan dan tak akan aku mengulanginya.

“Evan, thank you for loving me.” Bisiknya di telingaku.

Hanna, you never really left. I’ll always remember you. I can’t forget you or erase you from my heart. I’m able to get my happiness with Kelly, and i hope you’re smiling seeing us from up there.


I will watch you through these nights..
Rest your head and go to sleep..
This is not our farewell..
(Within Temptation – Our Farewell)

MOVE ON !




Kriiinggg “Halloo..“

... “Hallo, bisa bicara dengan Jenny?”

... “Hallo, ini Bobby, bisa bicara dengan Jenny?”

... Klekkk! Tuttt tutt tuttt

Pagi itu mendadak muka Jenny masam semasam-masamnya yang dia bisa. Dina aja sampe bingung ada apa gerangan.

“Kenapa loe Jen?“

“Ga kenapa – kenapa“

“Yakin loe? Loe mandi kan pagi ini ?”

“Apa – apaan sih loe Din? Ya iyalah gue mandi!“

“Ups sorry, abisnya muka loe kusut banget. Kenapa sih?“

"Daripada loe ngurusin urusan gue mending loe urusin deh PR dari Pak Burhan.“

“Hah?? Emang ada PR ya?“

“Ada, halaman 204 bagian C dan D, essay semua tuh, 15 menit lagi masuk.“

Jenny berjalan melenggang melewati Dina, sementara Dina langsung ngacir menuju kelas.
Teetttt tettt tettttttt, bel masuk. Jenny yang pagi – pagi udah galau aja di kantin langsung menuju kelas. Di kelas dilihatnya muka Dina menekuk kesel.

“Jen loe usil banget sih. Tega – teganya loe ngerjain gue. Dengan susah payah gue ngerjain tuh soal, untung si Budi bilang nggak ada PR, jahat loe!“

“Lagian loe suka banget ngabisin waktu loe buat urusin urusan orang lain.“

“Yaaa sorry, abisnya gue kesel aja liat muka loe. Pagi – pagi udah kusut banget persis orang seminggu ga mandi.“

“Gue lagi galau.“

“What?? Masih labil ya loe.“ Dina cengengesan.

“Hellooo Din, wajar dong gue labil. Umur gue aja belom 20 tahun. Sepupu gue noh, udah 21 masih aja suka galau and labil. Loe jangan mojokin gue dong. Kayak loe ga pernah galau aja.“

“Iya iya, sorry. Sensitiv banget sih loe. Galau kenapa loe? Bobby lagi?”

“Iya. Tadi pagi dia nelpon gue. Sulit Din buat lupain dia, meskipun dia udah ga satu tempat lagi sama gue, tetep aja gue masih sakit hati nginget dia. Denger suaranya aja bikin nyeri uloe hati gue Din.“

“Hmmm, kayaknya loe perloe ke psikolog deh Jen, masa loe masih beloem bisa loepain orang yang udah nyakitin loe, udah ninggalin loe, udah ga mikirin loe lagi, dan yang pastinya udah jauh banget dari loe. Ayolah Jen, itu udah setahun yang lalu, masa sih loe ga bisa lupain dia.“

“Din, loe ga ngerti karna loe ga di posisi gue. Coba kalo loe di posisi gue. Susah Din.“

“Hmmm, bukannya gue sok ngajarin sih Jen, tapi loe cantik, dan banyak yang suka sama loe, masa sih loe mau dan masih menyia – nyiakan waktu yang loe punya cuman buat orang yang hanya sepintas di hisup loe. Jen, dengerin gue ya, semua orang pasti pernah sakit hati, semua orang pasti pernah galau, tapi ga semua orang bisa mengatasinya Jen. Masa depan ...”

“Udah ah Din, gue ngomong sama loe juga kayanya percuma.“

“Ok Jen, maybe loe cuman butuh waktu.“ Dina balik lagi fokus ke bukunya, dan menghentikan bisik – bisik dengan Jenny. Sementara Jenny pura – pura dengerin Pak Burhan yang sejak jam pertama tadi sebenernya Jenny ga ngerti membahas tentang apa. Beruntung hari ini Dina dan Jenny duduk di kursi paling belakang, jadi kecil kemungkinan ketahuan Pak Burhan kalo mereka lagi ngobrol bisik – bisik.

Kalo dipikir – pikir Dina bener banget ya. Masa gue mau galau terus. Tapi sulit banget buat ngelupain Bobby. Hmmm, ntar istirahat gue tanya Igha deh, kayaknya dia lebih tau.

“Jen!!!!“

“Dina! Loe bisa nggak sih klo ga usah teriak – teriak gitu?“

“hehe, loe gue panggil daritadi ga nyahut“

“loh? Pak Burhan mana Din?“

“Bel istirahat udah daritadi nonaaaa, yok kantin yok, gue laper nih“

“ehhhmm, loe duluan aja deh, gue mau ke kelasnya Igha dulu“

“yakin loe? sekalian cuci tuh muka, kusut banget...“

“Iya iya! ngeselin banget loe“

Dina melenggang, sementara Jenny langsung menuju ke kelasnya Igha.

“Dina bener banget Jen, loe harusnya mulai ngebuka hati loe. Gue bingung, kerjaan loe setahun ini galau mulu, kapan loe move on nya? Ingat Jen bentar lagi kita ujian, lulus, kuliah, trus misah deh. Masa loe mau terus – terusan jomblo en galau, sementara banyak cowok cakep yang ngantri mau jadi pacar loe. Contoh tuh kak Andre udah cakep, pinter, lulusan terbaik lagi. Udah gitu pacaran sama cewek terpintar di angkatannya. Ayo dong Jen move on. Lagian elo ga bisa juga kan balikin Bobby buat jadi milik loe lagi. Gue saranin deh, buka kembali otak loe tuh, buang jauh – jauh Bobby. Lama – lama gue juga kesel denger tentang tuh cowok“ Igha bernasihat panjang lebar.

Jenny terdiam. Sampai pelajaran berakhir, entah ada angin apa, kali ini dia udah ngerasa terbuka otaknya. Dina bener, dia ga mungkin terus – terusan menyesali dan menginginkan waktu kembali lagi. Begitu banyak, bahkan ribuan menit dan detik ia habiskan utnuk memikirkan Bobby yang bahkan Jenny pun ga pernah tau kabarnya lagi. Jenny juga udah bosan dengan semua kegalauannya. Jenny udah bosan bertahan dengan semua sakit hatinya. Lama – lama bisa tua dari umur gue kalo sedih terus. Igha dan Dina bener. Hidup gue masih panjang. Mungkin Bobby salah satu orang yang dititipkan sebentar untuk memberi warna di hidup gue. Gue harus berhenti.

Malamnya Jenny membuang semua yang berhubungan dengan Bobby. Semua kontak dan barang – barang yang ingetin dia sama Bobby. Semua foto – foto dia sama Bobby, dia hapus permanent dari semua gadgetnya. Tak terkecuali semua foto print out yang tertempel di dinding kamarnya. SEMUA. Semua kenangan liburan di Bali, foto – foto pas ulang tahun Jenny Bobby kasih surprise, dan yang paling nyakitin, foto – foto Bobby bersama Jenny, Kak Andre, pacarnya kak Andre, Mamah, dan Papah. Semakin Jenny ngeliatin foto – foto itu semakin nyeri di hati Jenny. Dia sangat menyadari, bahkan sesadar – sadarnya. Bobby tetap tersimpan dihatinya, entah sampai kapan. Tapi semakin yakin juga Jenny bahwa semuanya ga akan kembali, seperti kata Dina, Jenny harus bisa mengatasi sakit hatinya.

Setelah semua barang – barang itu terkunci rapat di peti, Jenny memasukkan peti tiu ke gudang. Jenny membuka laptopnya lagi, membuka semua catatannya selama setahun. Jenny membuka document baru, disana ia mengetik.

“Jika aku menyayangimu, itu bukan sepenuhnya salahmu. Tapi itu salahku yang tak pernah mengerti bahwa waktu bisa merubah segalanya. Jika aku tetap menyayangimu, itu juga bukan sepenuhnya salahmu, itu hanya salahku yang tak bisa mengerti keadaan. Hanya saja, ternyata waktu kemudia mampu membuatku mengerti keadaan. Beribu waktu, menit, jam, bahkan tak terhitung hari kuhahabiskan pikiran dan sedihku untuk mencintaimu. Aku tak pernah berhenti, hanya saja aku beristirahat , mencoba lebih memahami waktu.“

Even you are not be the part of me anymore, I am the lucky one that had have you in my life. I have to move on even my heart stil doesn’t understand what my mind’s sugestion. You are the colors of my life that gave me a pain part and beautiful part. Thats why I have to move on. 

Jenny turn off laptopnya, mencoba memejamkan mata. Berharap besok akan ada waktu untuknya menebus kembali waktu yang terbuang.
*****

Di Dunia Maya, Ku Temukan Cinta

Pagi hari Arief duduk di depan ruang kelasnya sendirian. Dia sibuk menatap layar hapenya dan senyum-senyum sendiri tak karuan. Beberapa orang yang lewat tidak heran dengan sikap Arief yang seperti itu. Seperti biasanya, Arief pasti sedang berchating ria. Arief adalah seorang maniak chating dan internet. Sudah beberapa kali dia dikeluarkan dari kelas, gara-gara ketahuan sedang chating saat pelajaran berlangsung. Namun, dia tidak pernah jera. Saat dikeluarkan dari kelas, dia memilih pergi ke kantin dan melanjutkan ritualnya yaitu chating.Pagi itu saat sedang asik-asiknya chating, tiba-tiba seorang cowok menghampirinya.


           “Woy Rief, chating lagi loe.” Kata Andre sambil menepuk pundak Arief, sehingga membuat Arief kaget.
           “Astaganaga.. Ya Allah..” Kata Arief kaget. “Ngapain sih loe, ngagetin gue aja.” Lanjutnya.
           “Sorry boy. Btw, loe chating apaan sih, gue lihat loe makin hari makin kayak orang gila tao nggak? Nggak jera loe ya, hampir tiap hari loe dikeluarin mulu dari kelas.” Komentar Andre
           “Seperti remaja pada umumnya, hal itu biasa saja dan sering terjadi di kota-kota besar. Hehe.. Chating di Mig33. Seru nih, loe kudu nyoba.” Ucap Arief
           “Apa serunya sih chating kayak begituan. Buang-buang waktu aja.”
           “Seru tao. Di sini loe bisa cari temen di daerah mana aja. Kalau ada yang cocok, bisa dapat jodoh. Hehehe.. Penggunanya kan banyak banget.”
           “Halah.. Loe kayak sales panci aja, promosi chating kayak gituan. Dasar MAON..!!!!!”
           “Apaan tuh maon? Bahasa planet jangan loe bawa-bawa kemari, gue ngggak ngerti.”
           “Manusia Online.” Teriak Andre di telinga Arief
           “Kira-kira donk loe, kayak gue budek aja.” Ucap Arief
           “Sorry boy. Hehehe..” Kata Andre cengengesan

∞∞∞
           Seperti biasanya, Arief berchating ria dengan teman-temannya di dunia maya. Tiba-tiba muncul tanda private chat di layar hapenya. Tanpa buang-buang waktu, Arief segera melihatnya.

           “Hai prince_god.. Boleh kenalan?” Sapa Orang tersebut. Dia memiliki nick gadis_dudul. Unik menurut Arief, segera Arief membalasnya
           “Boleh.. Nama gue Arief, loe??” Balas Arief
           “Gue Acha. Loe sekolah di mana?”
          “Gue sekolah di Smansa, loe?”
          “Oya? Gue juga sekolah di situ. Kelas berapa loe?”
          “XII IPS 3, loe?”
          “Gue XII IPA 5.”

           Obrolan mereka pun berlanjut sampai membicarakan hobby masing-masing. Tak terasa sudah larut malam, Arief pun off dari chating dan segera pergi tidur.

∞∞∞
           ..Krrrrrriiiiiiiinnnnnnngggggggg..
           Bel berbunyi menandakan waktu istirahat. Murid-murid keluar dari kelas dengan berdesak-desakan. Andre bergegas menuju kantin seorang diri. Seperti biasanya, Arief duduk di kursi depan ruang kelasnya untuk berchating ria. Tak berapa lama, Andre kembali dari kantin dengan membawa banyak makanan kecil dan dua kaleng minuman dingin. Dia pun segera menghampiri Arief.

           “nih pesanan loe.” Kata Andre sambil memberikan tiga snack dan satu minuman dingin
           “Thank’s ya sob.” Ucap Arief sambil membuka minumannya
           “Iya.. Gue ke toilet dulu bentar. Nitip ya, awas loe makan snack gue.”
           “Nggak percayaan amat sih loe ma teman sendiri. Saat loe kembali, makanan loe masih utuh kok.”
           “Iya.. Iya.. Gue percaya ama loe.” Kata Andre kemudian pergi

           Arief pun melanjutkan berchating ria sambil memakan makanan yang tadi dibeli Andre untuknya. Saat melihat nick Acha online, Arief pun segera mengajak Acha untuk chat. Tak berapa lama, Acha kemudian membalas chatnya. Ternyata Acha anaknya asik untuk diajak ngobrol. Lama-lama Arief pun jatuh hati kepada Acha. Tanpa mereka berdua sadari, jarak mereka berdua tidak begitu jauh dari tempat mereka duduk. Arief meminta nomer hape Acha dan berinisiatif mengajak Acha kopdar (kopi darat) sabtu malam ini, Acha pun menerima ajakan Arief tersebut dan memberikan nomer hapenya kepada Arief. Dari kejauhan, terlihat Andre sedang berbicara dengan seorang cewek. Setelah selesai berbicara dengan cewek tersebut, Andre segera menghampiri Arief.

           “Barusan loe ngomong ma siapa , Ndre?” Tanya Arief
           “Ma Acha, ketua OSIS di sekolah kita. Biasa lah, masalah Osis” Jawab Andre
           “Hach?? Acha?? Ketua OSIS cewek??” Kata Arief kaget, minuman yang diminumnya tanpa sengaja muncrat ke wajah Andre.
           “Kalau kaget biasa aja donk, nggak usah lebay pake acara muncrat segala. Ntar hilang lagi aura kegantengan gue.” Kata Andre dengan pedenya.
           “Ganteng pala loe pitak. Haha.. Kalau dilihat dari sedotan mah, baru loe ganteng. Itu juga sedotannya dilihat dari menara Eifell.. Hahahah.. Kata Arief ngakak sehingga membuat Andre manyun semanyun-manyunnya.
           “Elu kalau nggak chating,, ngeledek mulu kerjaan nya.. huch!!”
           “Sorry sob. Hehehe.”
           “Oya, kenapa loe kaget dengar nama Acha? Ada apa nich?” Selidik Andre
           “Nggak apa-apa kok. Hehe.. Ada ya Ketua OSIS cewek.”
           “Elu haha hehe haha hehe dari tadi, bosen gue dengernya. Ada Lah, buktinya si Acha tuh. Makanya loe jangan chating mulu.” Komenter Andre
           “Iya bawel. Udah yuk masuk, udah bel nih.” Kata Arief.

           Mereka berdua pun masuk ke dalam kelas. Arief masih memikirkan Acha. Dalam batinnya bertanya-tanya, “apa mungkin Acha itu adalah Acha ketua OSIS di sekolah gue? Hmm, sabtu malam gue bakal tao ama dia.”

∞∞∞
           Malam yang dinanti pun tiba, Arief bersiap-siap untuk kopdar bersama Acha di tempat yang sudah mereka sepakati. Beberapa kali dia membaca sms Acha, “Ingat, Café Cinta. Loe pake baju hitam kan? Gue pake dress biru langit.” Arief tiba di café sepuluh menit lebih awal dari waktu yang telah di sepakati. Ternyata Acha telah duduk manis di tempat tersebut. Arief pun segera menghampirinya.

           “Acha kan?” Sapa Arief dengan ragu, takut salah orang. Karna saat itu Acha membelakanginya.
           “Iya. Loe Arief ya.” Kata Acha kemudian membalikkan badannya menghadap Arief. Arief terkejut, sepertinya dia pernah melihat Acha. Hampir saja dia terpesona akan kecantikan Acha.
           “Iya.. Hmm.. Loe bukannya yang kemaren ngobrol ma Andre di depan lapangan kan? Kalau nggak salah, loe ketua OSIS” Tanya Arief memastikan
           “Iya. Loe temennya Andre ya.”
           “Yups.. Andre sohib gue.”
           “Duduk Rief, nggak enak ngobrol sambil berdiri.”
           “Iya..” Jawab Arief grogi

           Mereka berdua mengobrol dengan santai. Arief tak kuasa menahan perasaannya. Dia mencoba untuk tenang. Akhirnya Arief pun memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya kepada Acha.

           “Cha, gue mau ngomong sesuatu sama loe.” Kata Arief gugup
           “Ngomong aja lagi, nggak ada yang ngelarang kok.” Ucap Acha sambil tersenyum
           “Loe mau nggak Cha, jadi cewek gue? Walaupun kita baru ketemu ya, tapi gue ngerasa nyaman aja waktu chating sama loe. Gue bener-bener sayang sama loe, Cha. Gue jatuh cinta sama loe pada chating pertama.” Kata Arief
           “Gimana ya.” Kata Acha sambil berpikir
           “Loe mau kan Cha, jadi cewek gue. Gue butuh jawaban loe sekarang.” Kata Arief dengan sedikit memohon
           “Ya udah, gue mau jadi cewek loe.” Jawab Acha
           “Yes.. Makasih ya, Cha. Sekarang kita resmi jadian nih.” Kata Arief senang
           “Iya.” Jawab Acha
           “Gue sayang sama loe, Cha. Gue nggak bakal ngecewain loe.”
           “Gue juga sayang sama loe.”

           Akhirnya Arief pun menemukan cintanya. Arief sangat senang, begitupun dengan Acha. Andre terkejut dan tidak percaya mendengar kabar kalau Arief jadian dengan Acha. Tak berapa lama, Andre pun mengikuti jejak Arief menjadi maniak chating, dengan satu tujuan yaitu dapat jodoh. Arief hanya tertawa melihat tingkah Andre. Setelah dipikir-pikir, Arief masih tak menyangka dari sebuah chating dia bisa menemukan cinta.

Mengapa Harus Rumit?

Hanya tinggal satu minggu lagi aku akan terbebas dari kakak yang menyebalkan dan kusayangi itu. Kini ia telah lulus SMA dan masuk ke salah satu Universitas ternama di Indonesia. Sebenarnya aku sangat bangga memiliki kakak seperti dia yang kata orang itu tampan, pintar dan baik . Tapi mereka tidak tau kebiasaannya di rumah yang selalu jitakin adiknya yang cantik ini. Sebelumnya kakak ku ini pernah berjanji kepada orangtuaku bahwa ia tidak akan pacaran sebelum lulus SMA. Dan hal itu terbukti, setelah lulus SMA dia mempunyai kekasih bernama Ka Dinda. Kuakui Ka Dinda orang yang cantik, baik dan muslimah karena ia selalu memakai gamis dan kerudung panjang. Wajar saja kalau kakak ku menyukai wanita seperti ini, dia kan lulusan pesantren juga jadi ada lah ilmu agamanya. Kakak ku awalnya menyembunyikan hubungannya itu, sampai akhirnya ia cukup berani mengakuinya. Bukan hanya aku dan orangtua yang kaget, teman-temannya pun sangat kaget. Malah ada yang bilang begini “ Hah, Yang bener aja Rik, palingan juga sepupu loe ini mah.” Itulah yang diucapkan temannya saat ia mengajak Ka Dinda main bersama teman SMA nya.

            Hari H pun tiba, kakak ku harus pergi satu bulan tanpa kontak ke luar kota untuk melaksanakan kegiatan ospeknya. Setelah satu bulan, kakak ku ada waktu libur selama satu minggu. Awal kedatangannya disambut tangis bahagia di rumah. Semakin hari semakin berlalu, hubungannya dengan Ka Dinda baik-baik saja , aku salut sama mereka, bisa bertahan walau LDR dan waktu bertemu yang sangat jarang. Aku bangga kakak ku setia. Suatu hari orang tua Ka Dinda datang berkunjung ke rumah kami, saat itu ia mengobrol bersama Ibuku. Aku tak tau dan tak ingin tau apa yang mereka bicarakan, namun yang ada di fikiranku mungkin merencanakan pernikahan. Wah, betapa begonya diriku ini tentu saja bukan , mereka masih sangat muda. Setelah beberapa waktu berlalu, aku mengetahui kalau Ibunya Ka Dinda menawarkan bisnis sampingan kepada Ibuku. Ibuku seorang Guru, kalau tak salah dengar dari perbincangan oartuku tadi malam, Ibuku yang memberikan modalnya sebesar sekian juta, dan Tante Siska (Ibu Ka Dinda) yang menjalankan usahanya. Namun, tiba-tiba Tante Siska mengubah rencana, jadinya ia meminjam uang itu pada Ibuku dan berjanji mengembalikannya bulan depan.

            Hubungan Kakak ku dan Ka Dinda sepertinya makin dekat, setiap ada waktu kakak selalu berkunjung ke rumah Ka Dinda. Satu bulan berlalu , namun uang itu belum kembali, Tante Siska mengulur waktunya sampai minggu depan. Ibuku santai saja tidak menaruh rasa curiga kepada tante Siska. Hingga sudah 3 bulan, ia selalu mengulur waktunya. Ibuku sedikit tidak suka, bukan karena uangnya, tapi karena sifatnya itu. Semakin lama , tante Siska malah tidak ada kabar. Beberapa bulan kemudian ada kabar kalau ia pindah ke luar kota karena terbelit hutang di mana-mana. Ibuku sangat kecewa pada tante Siska, ini berpengaruh terhadap hubungan kakakku. Ibu jadi tidak merestui mereka, kakakku tetap mempertahankan hubungannya dengan susah payah. Saat itu aku bertukar HP dengan kakakku, tepatnya satu hari setelah ultah Ibuku. Tak sengaja saat ku lihat Draft ada tulisan : “ Happy Birth Day yah Mom. Maafin Ricky yah, belum bisa jadi anak yang mamih inginkan. Ricky masih suka menentang mamih, Ricky sayang sama mamih tapi sama Dinda juga. Ricky tau, Ricky bukan anak yang baik, semoga Rasti dan Refky bisa bahagiain Mamih ya J.” Tak terasa air mata telah membasahi pipiku.

            Setiap pulang ke rumah, sebisa mungkin Ka Ricky meyakinkan Ibu kalau Ka Dinda itu gak sama kaya Mamahnya yang jahat dan penipu itu. Suatu hari, Ka Dinda masuk rumah sakit karena harus menjalani operasi usus buntu. Setibanya di rumah, kakak ganti baju dan segera pergi ke rumah sakit mengendarai sepeda motornya. Betapa terkejutnya ia saat mengetahui seorang lelaki sedang mendampingi Ka Dinda, saat Ka Dinda mengetahui keberadaan kakakku , kakak memukul tembok dengan sekuat tenaga dan pergi kembali ke rumah. Di rumah wajahnya sangat kusut dan berantakan, ku beranikan diri untuk bertanya. “ Kak, ko udah pulang ? kan baru berangkat.” tanyaku . “ Engga apa-apa Ras, Cuma kakak gak enak badan aja.” jawabnya . Aku pun membiarkan kakak beristirahat di kamarnya. Saat waktu makan malam, ia baru ke luar. “ Mih, aku punya kabar gembira buat mamih.” Kata Kakak. “ Apa ?” tanya Ibu. “ Aku lagi berantem sama Dinda.”
“ Yaudah, itu gak usah dibahas. Ibu juga gak akan ngelarang-larang kamu, tapi Ibu akan berdo’a supaya kamu mendapatkan yang terbaik.”

            Kakakku kembali ke kampusnya, anehnya sudah 3 minggu ia tidak pulang. Biasanya paling telat 2 minggu sekali ia pulang ke rumah. Tiba-tiba Kakak menelfonku dan menceritakan semuanya. “ Ras, gimana kabar keluarga di sana ? Maaf kakak belum bisa pulang, kakak butuh waktu. Sebenernya kemarin kakak pulang cepet dari rumah sakit karena kakak liat Dinda lagi sama cowo lain. Ternyata apa yang dibilang Mami semuanya bener, Dinda sama Tante Siska sama aja jahatnya. Baru aja 3 hari yang lalu kakak putusin dia, masa dia udah pacaran sama si Doni sih ! Yaudah de, kakak mau masuk kuliah ni.” Tut..tut… telfonnya terputus dan aku tak berkata satu kata pun. Sekarang aku tau apa yang membuat kakakku seperti itu, kalau aku jadi dia pasti aku akan merasakan hal yang sama, sakit, perih, hancur, dan pasti dihiyanatinya itu yang membekas. Kakakku telah berusaha mempertahankannya, dan dengan mudah Ka Dinda melepaskannya. Yang dulu ku fikir Ka Dinda wanita solehah ternyata hanya pakaiannya saja, aku tertipu oleh tampilannya, lagipula ia seperti itu juga karena paksaan kakakku. Karena penasaran, aku buka FB siapa tau aku bisa lihat wajah Doni Doni itu. Awalnya ku fikir ia tampan bak pangeran karena dalam sekejab dapat menaklukan hati seseorang yg telah berpacar. Ternyata dugaanku salah besar, yang pertama masih cakepan kakakku, masih mudaan kakakku, hanya mungkin dia jauh lebih kaya karena sudah bekerja sebagai dosen. Aku shock se shock shock nya, itukah yang namanya Doni, sungguh aneh Ka Dinda itu, masa kakak ku diganti orang seperti itu, yang jelas orang GAK PUNYA HATI ! Jelas-jelas tuh cewe statusnya pacar orang, maen embad aja.

            Waktu liburan tiba, kakakku bisa puas-puasin di rumah. Di FB nya kulihat dia frontal banget tentang kemarahannya sama Ka Dinda, masa dia nulis stat kaya begini :
1. Hahaha, si Dinda kurang ajar itu masa gue digantiin sama Bapak-Bapak, pake nge blokir FB gua yang ini lagi, LOSER banget sih lu !
2. Dinda.. Dinda.. Loe kira gua Cuma punya satu FB hah ? FB gua yang ini gak lu blokir, ketauankan KEBUSUKAN lu sama cowok lu !
dan masih banyak lagi. Ku fikir kakakku memang sudah GILA :D . Tidak, kakakku hanya tidak bisa mengungkapkan langsung, jadi FB tempat dia menggila.

            Semakin lama, ia pun sudah bisa mengobati hatinya yang sangat amat terluka, ia lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Berharap Dinda dan Pacarnya dapat hukuman yang sebanding dengan perlakuan terhadapnya. Satu tahun kemudian, Ka Dinda akan melaksanakan pernikahannya dengan Doni jahat itu. Namun, satu minggu sebelum acaranya mereka mengalami kecelakaan yang sangat parah. Ka Dinda kehilangan penglihatan dan Doni telah pergi untuk selamanya. Beberapa bulan setelah kejadian itu, Ka Dinda diantar Daris adiknya datang ke rumah kami. Saat baru sampai, Ka Dinda menangis dan berlutut, “Tante, Ricky, Om, maafin Dinda yah? Dinda tau ini semua salah Dinda. Dinda udah ngecewain kalian semua, Tan maafin Mamah Dinda yah. Mungkin kini Mamah belum tenang di alam sana tanpa maaf dari tante.” Kita semua yang menyaksikan jadi diam mematung, prihatin dengan keadaan Ka Dinda. Setelah beberapa saat Ibu angkat bicara, “ Dinda, kamu kenapa ? Emang Mamah kenapa ?”tanyanya . Ka Dinda hanya menangis berisak-isak, Daris pun menceritakan semuanya. “ Mamah udah meninggal 5 bulan lalu tante , waktu Mamah mau pergi ke Lampung. Dan Ka Dinda, 3 bulan lalu saat akan menikah sama Ka Doni mengalami kecelakaan dan membuatnya seperti ini, sedangkan Ka Doni udah pergi selamanya.” Tangis kami semua pecah, tiba-tiba Ka Ricky menghampiri Ka Dinda “ Jujur Din, aku emang kecewa banget sama kamu, aku marah dan sangat membenci kamu. … “ kakak tidak sanggup meneruskan ucapannya. “ Ia Rick , gak papa, kamu boleh benci sama aku kamu berhak marah sama aku, tapi aku mohon banget sama kamu, maafin semua kesalahan aku dan Mama aku. Aku sadar, aku yang salah dan aku pantes dapetin semua ini, ini semua karma buat aku.”kata Ka Dinda. Semua pun masih larut dalam kesedihan.

            Setelah menerima maaf dari keluargaku, Ka Dinda dan Daris pamit, mereka bilang ini adalah pertemuan terakhirnya karena mereka harus ikut Ayahnya ke luar kota. Aku masih bingung dengan semua kejadian ini, yang jelas aku yakin hukum karma masih berlaku di dunia ini. Akhirnya kakakku bisa mendapatkan cintanya kembali, kini ia bersama seorang wanita yang beneran solehahnya, mereka bertemu di suatu perkumpulan remaja mesjid dan menjalani cinta karena Allah , bukan karena mata dan hati saja J.

KAU LEBIH DARI INDAH

Nama ku Winda, Aku menemukan cinta pertama aku saat aku duduk di kelas 1 smp. Mungkin terlalu dini untuk aku mengenal arti cinta saat usia aku baru menginjak angka 13. Aku menemukan pacar pertama aku melalui Hp, Ketika itu Ada nomor nyasar di hp aku, Dan akhirnya kisah kita berlanjut, Saat itu hanya dia lah yang dapat mengerti semua suasana hati aku. Namanya Resa Suharsanto.


Sejak kepergian ayah aku entah mengapa rasanya aku betul-betul kehilangan sosok seorang ayah, Namun setelah kehadiran Resa, Aku menemukan kembali kasih sayang seorang ayah. Walau aku belum mengetahui seperti apa wajah Resa yang selama ini hanya aku kenal melalui handphone seluler ku.

Siang itu tepatnya Hari jumat Aku dan resa sepakat untuk bertemu di rumah salah satu sahabat aku indri namanya, Seusai pulang solat jumat. Entah mengapa hati aku jadi tak karuan saat ingin bertemu dengan resa.
               “win itu kayanya resa deh”ucap Indri sambil menunjuk ke seorang laki-laki yang sedang mengendari motor mio.
Aku pun menoleh ke arah yang di tunjuk Indri, dan lelaki itu pun menoleh ke arah aku, lalu dia menghampiri aku.
               “hai.. kamu winda yah” sapa resa menunjuk aku
Entah mengapa hati aku berdegub begitu kencang ketika aku melihatnya
               “iya aku winda, oya kenalin ini sahabat aku indri” jawab aku dengan perasaan grogi
               “mending ngobrolnya di dalam aja” kata indri mengajak aku dan resa ke dalam rumahnya.
Aku dan Resa pun masuk ke dalam rumah indri,Resa duduk di samping aku,sungguh entah apa yang aku rasakan ada persaan yang tak pernah aku ketahui dan tak aku mengerti.
               “Kamu dari tadi di sini” tanya resa
               “yah lumayan dari pas pulang sekolah, aku langsung ke sini” jawab aku
               “udah bilang belum sama mama kalau kamu mau main dulu, nanti mama nyariin lagi” ujar resa
               “udah” jawab aku singkat, jujur entah mengapa aku tak kuasa menatap dia terlalu lama, karena perasaan ini terlalu menguasai aku dan aku takut persaan ini di ketahui oleh resa.
               “ini minumannya udah datang di minum yah, jangan di liatin aja” ujar indri pada kami dan pergi meninggalkan kami berdua.
Setelah kepergian indri suasana menjadi hening tak ada pembicaraan antara aku dan resa. Ketika aku melirik ke arah resa, aku dapati dia sedang memperhatikan aku.
               “Kamu kenapa sih,liatin aku kaya gitu”tanya aku yang mulai risih dengan padangan resa padaku
               “ga apa-apa, aku seneng aja liat kamu abis kamu manis banget sih” jawabnya
               “ih.. kamu bisa aja” jawab aku dengan malu-malu.
Namun dia tetap menatapku .
               “udah atuh jangan kaya gitu” ucap aku sambil memalingkan wajahnya dengan tangan aku.
               “ih.. pelit banget sih kamu mentang-mentang manis,” jawab resa sambil mencubit pipi aku.
Suasana berubah menjadi begitu ceria, Resa memang selalu membuat suasana hati aku menjadi begitu bahagia. Tak terasa waktu bergulir begitu cepat.
               “yah kayanya aku harus pulang,soalnya aku harus nganterin mama aku dulu, ayo pulang” ucap resa sambil menarik lengan aku
               “nanti aja, aku mau bantuin indri beres-beres dulu” jawab aku
               “udah sana pulang, kalau kaya gini mah kecil buat gue ga nyampe setengah menit” ucap indri mempropokasikan
               “iihh .. indri makasih banget yah atas semuanya” ucap aku
               “yah nyantai aja, lagian rumah gue kan jadi rame gara-gara ada kalian, sering-sering yah kesini biar ga sepi ni rumah” ucap indri dengan tulus
               “kita pulang dulu yah ndri” pamit resa
Akhirnya, aku pulang bersama resa, tak ada pembicaraan selama perjalanan, hingga akhirnya aku sampai di gang rumah aku dan mengucapkan terima kasih pada resa.

Setelah pertemuan itu Aku dan Resa menjadi semakin akrab, dia sering mengantar atau menjemput aku ke sekolah. Padahal sekolah aku begitu jauh di banding sekolahnya.
Tanpa terasa 1 bulan sudah aku mengenal resa. Saat aku sedang belajar hp ku bergetar ternyata ada sms dari resa

Nanti pulang sekolah aku jemput yah,
Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan sama kamu
Tunggu aku datang yah 
Aku pun membalasnya
Okay... 
Tapi jangan lama-lama yah datangnya

Entah apa yang ingin resa katakan pada aku,pikiran itu terus menghantaui aku hingga jam sekolah pun berakhir.
Ketika aku berniat sms resa ,tapi hp aku malah bergetar terlebih dahulu ketika aku lihat ternyata dari resa

Aku udah sampai
Sekarang aku ada di depan gerbang
Kamu udah pulang belum??
Sambil berjalan aku pun membalas sms darinya
Udah
Tunggu yah aku lagi jalan ke gerbang

Dari kejauhan telah tampak resa yang sedang duduk di atas motornya menunggu aku, aku pun mempercepat langkah aku.
               “hai udah lama nunggunya” ucap aku setelah sampai di hadapannya
               “ga kok, ayo naik” jawabnya tersenyum manis
Kami pun pergi dan sampai di sebuah danau yang indah
               “waah bagus banget pemandangannya” ucap aku berdecak kagum melihat sekeliling aku
               “iya ini tempat paling spesial, biasanya kalau aku lagi sumpek aku kesini untuk ungkapin semua perasaan aku” ucap resa menjelaskan
               “win aku mau ngomong sesuatu sama kamu” lanjut resa dengan wajah serius sambil memegang kedua tangan aku
               Resa pun melanjutkan kata-katanya” buat aku ini waktu yang tepat untuk ungkapin semua rasa yang aku rasain sama kamu dan ini adalah tempat yang tepat buat aku ungkapin ini semua, udah 1 bulan aku kenal kamu, sejak aku kenal kamu entah kenapa aku ngerasa nyaman sama kamu dan akhir-akhir ini rasa itu semakin besar” suasana hening sejenak
               “win aku sayang kamu, kamu mau kan jalani hari-hari kamu sama aku dan temani aku, Kamu mau kan jadi pacar aku” ucap resa terlihat keseriusan dan ketulusan dari matanya
Aku terdiam mendengar kata-katanya ternyata selama ini aku dan resa memiliki rasa yang sama
               “win aku harap kamu bisa jawab pertanyaan ku sekarang” ucap resa membuyarkan pikiranku
               “aku mau jadi pacar kamu, tapi aku belum boleh pacaran sama keluarga aku” jawab aku dengan menundukan kepala
               “aku tau kok kondisi kamu kaya apa, itu bukan hal yang harus di permasalahkan, aku bakal nunggu kamu sampai keluarga mu mengizinkan kamu pacaran” jawab resa sambil mengangkat kepala aku dan memeluk aku.
Hari ini Resa bukanlah sahabat aku lagi tapi kini aku bisa memiliki dia seutuhnya rasanya bahagia sekali bisa memiliki dia seutuhnya
Hari-hari yang aku lalui kini menjadi lebih indah. Semua dapat aku atasi dengan baik karena resa selalu ada dan selalu siap membantu aku saat aku sedang membutuhkannya.

Tanpa terasa hubungan kami pun telah berjalan satu tahun,tahun pertama dapat kita lalui dengan baik tanpa ada sedikit pun masalah rasa sayang ini pun makin besar padanya. Hari ini dia mengajakku untuk merayakan hari jadian kita, tapi sayangnya aku ga bisa karena hari ini ada ekskul yang tidak bisa aku tinggalkan, untungnya resa dapat mengerti. Pulang ekskul aku di jemput olehnya. Dia pun memulai pembicaraan antara kita.
               ”yank besok kamu bisa ga temenin aku ke ultah temen aku” tanya resa sambil mengendarai motornya
              “yah yank kayanya ga bisa deh, soalnya besok ada ekskul lagi yank” jawab aku
              “please yank temeninn aku, kan udah beberapa bulan ini kamu sibuk sama ekskul kamu, sehari aja temenin aku, soalnya temen-temen aku pada bawa pacar yank” ucap resa sambil merengek
              “liat besok yah yank,kalau aku dapat izin dari pembinaku, emang kapan acaranya” jawabku dengan perasaan bingung
              “pulang sekolah yank,masalahnya dia temen deket aku yank, ga datang ga enak akunya” ucapnya dengan rasa kecewa dengan jawaban aku.
              “iya sayang aku besok aku usahain”jawab aku berusaha mencairkan suasana
              “janji yah” ucapnya memastikan
              “iya” jawab aku
Tak terasa perjalan harus berakhir aku pun turun dari motor resa
              “makasih yah yank” ucap aku tersenyum manis
              “iya, nyampe rumah langsung mandi, makan, sholat terus istirahat yah” ucapnya memperhatikan aku
               “oke bos, hati-hati yah di jalan” jawab aku dengan penuh senyum
Resa pun pergi meninggalkan aku.

Hari ini seusai jam pelajaran aku menemui pembina aku untuk minta izin, karena aku tidak bisa mengikuti ekskul hari ini, awalnya sih ga boleh tapi akhirnya aku dapati izin itu. Setelah aku beritahu resa, dia pun menjemput aku dan kami pun pergi ke sebuah tempat makan. Disana sudah banyak sekali teman resa. Aku pun di perkenalkan satu persatu kepada temannya itu. Acara pun di mulai. Seusai acara kita semua ngobrol-ngobrol.
               “oya sambil ngobrol, enaknya sambil ngerokok ni” ucap andi salah satu teman resa sambil mengeluarkan beberapa bungkus rokok dari tasnya.
Resapun ikut menhgambil rokok-rokok itu, jujur aku kaget melihat resa merokok, selama 1 tahun ini aku tidak pernah melihatnya merokok.
               “ternyata dia seorang perokok” gumam aku dalam hati.
Sepanjang obralan mereka aku perhatikan resa sudah menghisap sebungkus rokok, Hingga akhirnya acara pun selesai aku dan resa pun pulang. Sepanjang jalan aku hanya diam, sungguh aku kesal ikut dengannya hari ini, di tengah perjalanan aku meminta dia untuk singgah di sebuah taman di pinggir jalan yang kita lewati.
               “Ada apa sih yank” tanya resa bingung karena aku menyuruhnya berhenti
               “Ada yang pingin aku omongin sama kamu” jawab aku dengan nada kesal
Resa pun mengikuti aku, Hingga kita terhenti pada sebuah tempat
               “apa yang mau kamu omongin”tanya resa mulai kesal
               “sejak kapan kamu merokok, kenapa selama ini di hadapan aku, kamu ga pernah melakukan hal itu. Apa memang ini yang selalu kamu lakuin kalau sama temen-temen kamu selama ini” ucap aku dengan penuh emosi
               “udah lumayan lama yank aku ngerokok, aku tau dari indri kalau kamu tuh ga suka sama laki-laki perokok, makannya selama ini aku ga pernah ngeroko di hadapan kamu” jelas resa dengan rasa bersalah
               “kamu tau aku ga suka rokok tapi kamu masih aja ngelakuin hal itu, dan kamu sembunyiin selama ini sama aku hal ini” ucap aku kesal
               “yank selama ini aku dah coba buat berhenti tapi ga semudah itu semua butuh proses dan sekarang juga aku lagi mengurangi rokok aku, aku cuman ga mau kehilangan kamu cuman gara-gara kebiasaan buruk aku ini” jawabnya kali ini nadanya mulai meninggi
               “mengurangi kamu bilang, tadi aja selama kamu ngobrol sama temen kamu, aku liat satu bungkus kamu habisin sendirian” ucap aku dengan emosi memuncak
               “yank sebelum aku kenal sama kamu, aku lebih parah dari yang kamu liat tadi” jawab resa lirih
               “aku cuman ga mau kamu sakit yank, rokok tuh ga baik buat kesehatan kamu” jawab aku dengan nada yang sedikit menurun
               “makasih yank, aku janji bakal nyoba buat terus berhenti merokok” jawab resa sambil mengelus kepala aku
Resa pun melanjutkan perjalanannya mengantarkan aku pulang hingga gang rumah aku. Semua masalah dapat terselesaikan dengan baik di tahun pertama ini.

Kini hubungan aku dan resa tak terasa telah memasuki tahun ke 2, Kali ini dia mengajak aku ke suatu tempat yang tak kalah indahnya dengan danau tempat kita jadian,tapi jaraknya cukup jauh di sana Resa memberikan aku kalung hati yang tertulis nama kita berdua satu di simpan olehnya dan satu lagi oleh aku,Namun tiba-tiba hujan turun karena tidak ada tempat berteduh resa pun mengajak aku mencari tempat untuk berteduh sambil mengendari motornya, setengah perjalanan telah kita lalui hingga akhirnya kita menemukan sebuah halte.”yank kita neduh dulu yah”ucapnya dengan suara menggigil
Aku dan resa pun segera meneduh di halte tersebut, Di lihatnya aku begitu kedinginan dia pun memakaikan jaketnya kepada aku
               “pakai yank nanti kamu sakit lagi,”ucapnya sambil membuka kaca helmnya
Aku sungguh terkejut ketika aku lihat wajahnya begitu pucat “kok wajah kamu pucat banget sih,kamu ga apa-apakan?”jawab aku sangat khawatir.
               “ga apa-apa kok yank”jawabnya sambil menutup kembali kaca helmnya
Setelah ujan reda Kami memutuskan untuk meneruskan perjalanan, Di sepanjang jalan aku mendengar resa tak berhenti batuk
               “Huunk..uuuhhuuk yank kerumah aku dulu yah”ucapnya masih dengan nada menggigil dan terdengar begitu lemah
               “ya udah”jawab aku dengan rasa khawatir karena dari tadi resa tak berhenti batuk
Sesampai dirumah resa,aku di sambut hangat oleh keluarganya
               “kalian kok basah kuyup begini sih”ucap ibu resa kaget melihat kami berdua
               “iya tante tadi kita keujanan di jalan,nyari tempat teduh susah banget”jawab aku sedikit canggung
               “ya udah kalian ganti baju dulu sana, abis itu makan siang dah”ucap ibu resa begitu ramah
Aku dan resa pun berganti baju, Aku di pinjami baju oleh kakak Rita kakaknya resa, Resa adalah anak ke2 dari 3 bersaudara,dia punya kakak perempuan dan adik laki-laki yang begitu mirip denganya namanya reza, Seusai berganti pakaian aku ikut nimbrung bersama keluarga resa dan makan bersama mereka, entah mengapa aku merasa sudah lama mengenal mereka,mereka begitu baik dan ramah pada ku,padahal ini pertama kalinya aku mengfenal keluarga resa. Satu jam sudah aku bersama keluarga mereka, namun resa tak juga turun dari kamarnya.
               “Resa kok lama banget yah di atas,sebentar yah win tante liat dulu”ucap mama resa
Aku hanya tersenyum, tapi entah kenapa perasaan aku merasa tidak enak aku merasa ada sesuatu yang terjadi pada resa, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa.Sejam berlalu ibunya resa baru turun dari kamar resa.
               “resanya kemana tante”tanya aku bingung karena resa tak ikut turun dari kamarnya
               “ada kok, tapi kayanya dia demam dan tadi tante suruh dia istirahat, tadi resa pesan katanya kamu pulangnya di antar supir aja, takut mama kamu nyariin ”jawab ibu resa
               “ga apa-apa tante nanti saya naik angkutaan aja,oya tante kayanya saya harus pulang soalnya udah larut malam”ucap aku, Entah mengapa kekhawatiran aku semakin menjadi
               “kok buru-buru sih”ucap bapak resa
               “iya om soalnya aku takut ibu di rumah nyariin kan tadi ga bilang dulu, makasih yah om,tante,kakak atas semuanya dan maaf saya udah ngerepotin semuanya ni”jawab aku sambil berpamitan pada mereka
               “ga kok,kita malah senang kamu main ke sini”jawab kak rita
               “ia, tante dan om juga seneng kamu jangan kapok yah main kesini”ucap papa resa
               “sering-sering yah sayang main ke sini,janji yah”ucap mama resa sambil memeluk aku
Aku tersenyum menjawab ucapan mamanya resa, Begitu harmonis dan ramah sekali keluarga resa terhadap aku. Akhirnya aku di antar pulang oleh supir di rumah resa, Aku pulang tanpa aku tahu bagaimana keadaan resa,sempat aku sms dia selama di perjalanan,Namun tidak ada satu pun sms ku yang di balasnya olehnya.

Tak terasa 3 hari berlalu, Resa tak juga menghubungi aku, bingung apa lagi yang harus aku lakukan.perasaan aku begitu tak karuan ada rasa cemas dan kesal mengelayut di hati aku.
               “eh. Kenapa loe dari tadi gue liatin bengong aja”ucap indri membuyarkan lamunan aku
               “lagi sebel gue ndri sama resa”jawab aku cemberut
               “apa yang di lakuin sih resa sampai bikin loe bete gini”tanya indri begitu bersemangat
               “beberapa hari ini dia ga hubungin gue,sms ga di bales,telpon gue juga ga pernah di angkat”jelas aku
               “kok bisa,loe bikin salah kali, atau dia punya cewe baru”ucap indri meledek aku
               “ih jahat banget sih loe”ucap aku kesal
               “hheehee.. ceritain dong sama gue asal mulanya sampai kaya gini”ucap indri memohon
Akhirnya aku cerita kan apa yang terjadi dengan kami, dan indri menyarakan aku untuk berkunjung kerumah resa sehabis pulang sekolah.
Usai pelajaran aku dan indri pun pergi kerumah resa,tapi ternyata aku tak mendapati hasil sesampai di rumahnya tak ada seorang pun yang aku temui, Rumah resa terlihat sepi dan kosong. Bahkan pembantu di rumahnya pun tak ada.
               “udahlah mungkin mereka lagi pada pergi kali, nanti kita coba lagi yah”ucap indri mencoba menghibur aku
               “mending kalau pergi datang lagi,tapi kalau mereka pindah rumah gimana ndri”ucap aku kecewa
               “itu semua ga akan terjadi,resa sayang sama loe dan dia ga akan ninggalin loe, percaya deh”ucap indri meyakinkan aku
               “kalau sayang dia ga akan giniin gue ndri”lirih aku
Indri hanya diam, tak mampu menjawab kata-kata terakhir aku.

Hari demi hari aku lewati tanpa resa semua begitu berubah, Tak ada lagi tawa yang tercipta kini hanya tersisa kesedihan. Tiba-tiba hp aku berdering, Ketika ada panggilan dari nomor yang tak aku kenal,
               “Asalamualaikum”ucap aku mengangkat telephone
               “walaikumsalam”jawab orang di serbang sana
               “maaf ini siapa yah”tanya aku pada seorang perempuan di serbang sana
               “ini kakak Rita”jawab suara di serbang sana
               “kakak rita, Apa kabar kakak dan ada apa yah kakak tumben telpon aku”ucap aku bingung
               “baik de,oya kakak pengen cerita sama kamu”ucap kakak rita begitu lirih.
               “Cerita aja kakak,siapa tau aku bisa bantu kakak”jawab aku
               “kakak bingung mau cerita sama siapa lagi, dan kakak inget kamu. Makannya kakak telphone kamu”ucap kak Rita
Kakak Rita pun mencerikan kisahnya bersama pacarnya yang belum mendapatkan restu dari orang tuanya,karena penampilan pacar kakak rita yang tak di sukai,padahal kakak rita sudah berkali-kali meminta pada pacarnya untuk mengganti penampilan pacarnya itu, namun yang di dapati oleh kakak rita yaitu kata putus,dan itu semua ga bisa kakak rita terima karena rasa sayang kakak rita udah begitu besar sama pacarnya itu.
               “ya udah lah kakak ngapain di pikirin cowo kaya gitu,cowo yang ga mau berkorban buat kakak,aku yakin suatu saat nanti akan ada cowo yang lebih baik yang bakal gantiin cowo kakak itu.dan rasa sayang itu lama-lama juga bakal hilang,wajar kalau saat ini kakak begitu sakit tapi lama kelamaan semua itu bakal hilang, sabar yah kakak”saran aku mencoba menenangkan
               “makasih yah sayang, emang ga salah resa milih kamu”ucap kakak rita
               “bisa aja kakak”jawab aku
               “sayang udah dulu yah, kamu jangan lupa istirahat dan makasih atas saran kamu”ucap kakak rita sambil mengakhiri telponnya
Ada kekecewaan di dalam hati aku, padahal aku pingin banget nanya soal resa tapi memang suasananya ga tepat.
Semenjak kejadian itu Kakaknya resa lebih sering telpon atau sms aku, tapi aku belum juga berani untuk menanyakan resa padanya.

Kini 2 minggu berlalu aku lalui tanpa resa, Tetapi sekarang semua sudah tak begitu berat aku lalui,aku mulai terbiasa tanpa dia.
Hari ini aku pulang bersama indri, Ketika sedang jalan menuju gerbang, aku melihat sosok laki-laki yang sudah lama tak aku temui, Namun aku ragu setelah aku mendekat pada sosok yang tadi aku lihat ternyata benar itu resa, Aku alihkan pandanganku seolah aku tak melihatnya.Padahal hati aku begitu bahagia ketika aku melihat resa,ada rasa rindu yang begitu besar padanya,Namun aku tetap memalingkan wajah aku
               “win itukan resa”ucap indri terkejut melihat resa
               “bukan ndri resa udah ga ada lagi dalam hidup gue” jawab aku tanpa menoleh ke arah yang indri tuju
               “bener tau itu resa”ucap indri meyakinkan aku
Namun aku terus berjalan hingga melewati resa.Resa pun mengejar aku
               “win...win”panggil resa, Namun aku terus berjalan bahkan mempercepat jalan aku, hingga akhirnya resa dapat meraih tanganku.
               “kamu kenapa sih”tanya resa
               “lepasin tangan aku”ucap aku sambil melepaskan genggaman tangannya
               “aku bakal lepasin tangan kamu asal kamu mau dengerin penjelasan aku”jelas resa
               “ga ada yang perlu di jelasin”bentak aku entah mengapa airmata aku keluar dari sela-sela mataku
               “win mending loe dengerin dulu penjelasan resa, biar semua masalah bisa clear dengan baik,jangan emosi gini malu tau di liatin orang”saran indri
               “sana naik , selesaiin semua dengan baik okay”lanjut indri
Aku pun ikut mengikuti kata-kata indri, dan resa melajukan motornya ke danau tempat pertama kita jadian. Disana dia menjelaskan kenapa selama ini dia menghilang.
               “aku tau kamu marah sama aku, aku menghilang gitu aja dalam hidupmu, bukan maksud aku untuk ninggalin kamu,tapi ada satu hal yang tak bisa aku katakan sama kamu yang ga bisa aku jelasin sama kamu”ucapnya
               “kenaapa ga bisa di jelasin apakah serumit itu hingga kamu ga bisa jelasin semua itu”jawab aku kesal
               “oke, aku bakal jelasin sama kamu, aku pergi karena beberapa hari ini, karena aku di ajak mama ke bandung,mama bertengkar hebat sama kakak dan mama menyita hp aku karena mama ga mau ada yang tau keberadaan kita di sana”ucap resa menjelaskan pada aku
Aku pun menerima alasannya itu, Karena alasan itu masuk akal dan sama seperti yang di ungkapkan kakak rita.
               “terus sekarang semua udah selesai”ucap aku
               “udah semua dapat terselesaikan dengan baik, kamu mau kan maafin aku”jawab resa dengan penuh penyesalan
Aku hanya mengagukan kepala menjawab pertanyaannya itu
               “aku sayang sama kamu”ucap resa sambil memeluk aku
               “janji yah jangan tinggalin aku lagi”ucap aku memeluk erat resa
               “aku janji”jawab resa
Semakin banyak masalah yang aku hadapi bersama resa, Semakin banyak yang aku ketahui tentang resa, Hari-hari aku kini kembali di penuhi dengan tawa dan canda, dan aku pun semakin dekat dengan keluarga resa karena aku semakin sering main ke sana.Hal yang selama ini selalu aku mimpikan kini menjadi sebuah kenyataan yang begitu indah,aku tak ingin semua hilang dan berakhir.
Hari kelulusan sekolah pun datang, Aku dan Resa lulus dengan hasil yang memuaskan. Resa memutuskan untuk masuk kesalah satu SMU terfavorit di tangerang, Sedangkan aku lebih memilih masuk ke SMK analis pangan di tangerang dan semua ini malah membuat kami semakin dekat walau jarang bertemu.

Memasuki tahun ke 4 ,Entah mengapa resa menjadi lebih jauh dari aku, Resa tak lagi sesering dulu berada di samping aku. Yah aku akui semenjak masuk SMU kami jadi lebih sibuk sekolah, bahkan sms pun jarang. Aku pun semakin sering mendengar dia jatuh sakit dan sesekali aku menjenguknya, tetapi resa dan keluarganya selalu bilang bahwa resa hanya kecapean karena banyak kegiatan di SMUnya, Hingga suatu hari dia mengajak aku untuk pergi jalan-jalan. Dari pagi sampai malam aku pergi bersama-sama dengannya, dia pun mengantarkan aku pulang
               “ada satu hal yang mau aku sampaikan sama kamu” ucapnya begitu serius setelah sampai di gang rumah aku
               “ada apa sih yank kok serius banget”jawab aku bingung melihat wajahnya berubah menjadi begitu serius
               “mungkin ini bakal terdengar begitu menyakitkan, tapi aku harus bilang ini sama kamu,aku rasa hubungan kita cukup sampai di sini aja”ucap resa dengan suara lirih
Aku begitu tercengah mendengar kata-katanya,”kenapa emangnya aku salah apa sampai kamu mutusin aku kaya gini”
               “kamu ga punya salah apa-apa,yang pasti harus kamu tahu kalau aku udah ga nyaman sama kamu, makasih atas semua dan aku harap kamu dapat menerima ini semua”jawab resa dan pergi meninggalkan aku sendiri.
Aku hanya bisa terdiam dan tanpa aku sadari resa telah jauh meninggalkan qku.Airmata yang menemani aku pulang hingga sampai di kamar aku ,rasa sakit yang aku derita lebih sakit dari semua hal yang aku alami selama ini, orang yang aku sayangi dengan mudahnya mengucapkan kata putus dan meninggalkan aku begitu saja. Tanpa aku tau apa salah aku.
Setelah kejadian semalam resa sama sekali tak sms ataupun telphone aku, Berkali-kali aku sms dan telphone dia untuk meminta penjelasan yang sejelas-jelasnya tentang keputusan sepihaknya itu. Namun tak satupun di gubris olehnya. Hingga rasa cinta dan sayang di hati ini berubah menjadi rasa benci akan sikapnya itu.

Hari-hari kini aku lalui tanpa bersemangat semua begitu berbeda, resa tak lagi ada di samping aku yang ada hanya rasa sakit yang tertinggal, Butuh waktu cukup lama untuk aku melupakannya dan sekarang aku lebih bisa terima kenyataan dan semua lebih baik dari hari kemarin., walau aku belum bisa melupakkannya, Semenjak aku putus dengan resa tak ada satu nomor keluarganya yang dapat aku hubungi . Kakak rita pun kini sudah tak lagi menghubungi aku.
Malam ini entah mengapa ada rasa rindu yang begitu besar pada resa, rasanya aku ingin bertemu dengannya, Tapi tak ada yang bisa aku perbuat, hingga aku tertidur lelap,

Sore itu hp aku berdering,ketika aku lihat ternyata nomor yang tak aku kenali, Aku pun mengangkatnya
               “hallo, siapa ini??”sapa aku pada orang di serbang sana
               “hallo ini bener winda”ucap orang di serbang sana
               “ia benar, ini siapa” jawab aku dan mengulangi pertanyaan aku
               “ini kak rita win”ucap orang di serbang sana dengan lirih
               “kak rita, ada apa kak”tanya aku bingung karena selama ini kak rita telah menghilang semenjak resa memutuskan aku
               “kamu bisa ga ke rumah sakit sekarang”ucap kak rita, dengan suara begitu sedih
               “siapa yang sakit kak”tanya aku bingung
               “udah kamu ke rumah sakit aja,nanti kamu akan tau siapa yang sakit, ajak juga indri yah”jawab kak rita sambil memberikan alamat rumah sakit dan ruangannya
               “makasih yah de, kakak harap kamu bisa datang”ucap kak rita sambil mengakhiri telpon
Aku pun tanpa membuang waktu langsung pergi dan tak lupa aku ajak indri turut bersama aku, Sesampai di rumah sakit, aku pun langsung menanyakan ruangan yang aku tuju. Dan langsung menuju ruangan tersebut. Setelah sampai di depan ruangan yang aku tuju begitu tercengah aku ketika ku lihat bacaan yang tertera di depan pintu ICU, hati aku semakin khawatir aku takut yang berada di dalam adalah orang yang aku sayang,aku pun terdiam di depan pintu bertuliskan ICU, aku berharap aku kak rita salah memberitahu ruangan yang aku tuju. Indri mencoba menenangkan aku. Hingga ada suara yang memanggilku dari belakang
               “winda” panggil kak rita di sertai mama resa
               “tante , kakak”aku pun menghampiri mereka bersama indri
               “kamu apa kabar”tanya mama resa
               “baik tante, resa kemana tante”jawab aku entah mengapa pertanyaan itu melontar begitu saja dari mulut aku
Mama resa pun langsung menangis mendengar pertanyaan aku dan kak rita pun mencoba menenangkan
Aku dan indri pun bingung melihatnya dan terdiam.
               “apa yang sebenarnya terjadi tante sama resa, kok tante nangis”tanya aku penasaran
Suasana hening sesaat, hingga akhirnya mama resa mulai tenang dan menjelaskan
               “win kamu adalah wanita pertama yang resa bawa ke rumah dan di kenalkan sama kami,kamu juga wanita pertama yang mengenalkan cinta sama resa, Sejak resa kenal kamu,dia berubah menjadi anak yang baik,telihat jelas begitu tulus cintanya padamu, terlihat jelas bahwa dia tak ingin kehilangan mu,tante rasa kamu juga begitu. Kalian terlihat begitu saling mencintai, waktu itu resa pernah meninggalkan kamu beberapa bulan kan”tanya mama resa, aku pun mengaguk,dan mama resa melanjutkan pembicaraannya “sebenernya dia ninggalin kamu untuk berobat ke jakarta, dia ga mau kamu tahu soal penyakitnya karena takut kamu mengkhawatirkannya,makannya dia lebih memilih berbohong padamu”
Entah mengapa hati aku terasa sakit dan takut, airmata aku tak terasa mengalir”resa sakit apa tante”
               “dia terkena kanker paru-paru dan kini kanker itu semakin menjalar, dokter bilang kanker di tubuhnya telah memasuki stadium 4”jelas mama resa lirih
Aku pun tak kuasa mendengar jawaban itu,airmata aku semakin deras mengalir, aku tampu mampu untuk membayangkan betapa menderitanya orang yang aku sayangi selama ini.Mama resa pun mendekap aku erat
               ”sabar yah sayang,apa yang kamu rasain sama kaya apa yang tante rasain. Kita sama-sama ga mau kehilangan resa. Tapi kalau itu kehendak tuhan kita hanya bisa menerima ini semua, sekarang kamu lihat keadaan resa dulu,dia pasti senang kamu datang” ucap mama resa dan menghapus airmata di pipi aku
Aku dan indri pun memasuki ruang ICU, kita berganti pakaian dan mensterilkan badan kita, Ketika aku masuk ke dalam ruangan itu, Langkah kaki aku terhenti, Ketika aku melihat sosok pria yang aku sayangi sedang terbaring tak berdaya dengan selang dan kabel-kabel di tubuhnya,Airmata aku mengalir kembali dan indri pun berusaha menguatkan aku untuk mendekat ke sosok tersebut.
Sampai di dekat resa aku benar tak kuasa melihatnya, terlihat begitu tenang wajahnya ,tapi aku tau pasti dia sedang menahan rasa sakitnya itu
               “yank bangun, sekarang aku ada di sini,jangan tidur terus donk”ucap aku lirih
               “iya resa bangun donk, ada winda ni,dari beberapa bulan ini dia pengen ketemu banget sama loe, makannya sekarang dia datang”ucap indri dengan airmata yang mengalir di pipinya
Aku tak mampu berkata-kata lagi, Aku genggam tangannya dan airmata jatuh dan menyentuh tangannya. Karena melihat kondisi aku indri mengajak aku keluar.
               “resa istirahat yang banyak yah, aku sama winda nunggu kamu di luar”ucap indri sambil merangkul aku untuk pergi
Begitu berat untuk aku meninggalkannya. Tapi jujur aku tak sanggup bila harus berada terus menerus di dalam ,dengan melihat kondisinya saat ini. Hingga malam aku di sana tak sanggup aku untuk meninggalkannya aku takut terjadi sesuatu dengannya, Tapi aku harus pulang, karena ibu aku sudah mengkhawatirkan aku. Aku dan indri pun berpamitan pada keluarga resa dan di antar pulang oleh supir. Sesampai dirumah aku malah tidak bisa tidur aku terus sms kak rita agar aku tahu kondisi resa.

Kak kalau ada perkembangan tentang resa kasih tahu aku yah
Kak Rita pun membalas
Iya ade ku tersayang
Udah malem ni
Kamu harus istirahat,jangan mikirin resa terus
Nanti kamu sakit lagi dan pasti resa bakal sedih kalau kamu sakit
Kamu istirahat yah 
Selamat istirahat
Have a nice dream
Aku pun terlelap dam tidur aku.

Esok paginya aku pun segera bersiap untuk berangkat sekolah, seusai sarapan aku lihat hp aku, Begitu terkejut aku ketika aku lihat ada 56 panggilan tak terjawab aku lihat ternyata semua dari kak rita,Aku pun jadi bertanya-tanya apa yang terjadi sampai sebanyak ini panggilan tak terjawab.Aku pun berpamitan,Aku coba menghubungi kembali kak Rita, Namun tak ada jawaban dari kak Rita.lalu aku mencoba sms kak Rita

Maaf kak semalam aku udah tidur
Jadi tidak bisa angkat telpon kakak
Emangnya ada apa yah kak???

Sms aku pun tak ada jawaban, Rasa khawatir menyelimuti diriku, Tapi aku terus mencoba berbaik sangka dan menenangkan perasaan aku.Hari ini aku ga konsen belajar,Hingga waktu pun terasa lama, Waktu istirahat ini aku pergunakan untuk mereayu pembina ekskul aku untuk meminta izin padanya,karena pulang sekolah nanti aku akan menjenguk kekasihku tersayang,Hari ini perasaan aku ingin sekali bertemu dengannya dan entah mengapa perasaan aku tidak enak terhadap resa. Bel tanda pulang sekolah pun berbunyi dan handphone aku pun berdering. Aku lihat ternyata kak Rita tanpa membuang waktu aku pun langsung mengangkatnya
               “Assalamualaikum, ada apa kak,maaf semalam telphonnya ga aku angkat soalnya aku udah tidur kak”ucap aku pada kak rita
               “walaikumsalam, ga apa-apa de,oya sekarang kamu bisa ga ke rumah sakit,udah pulang sekolah kan”jawab kak rita sambil menangis
               “iya kak bisa,emang ada apa kak”ucap aku penuh dengan rasa penasaran
               “kamu kesini aja yah, cepetan”jawab kak rita
Tanpa membuang waktu aku pun mempercepat langkah aku,walau rasanya kaki ini sudah begitu lemas untuk melangkah,hingga aku pun memasuki ruang ICU, tanpa banyak bicara mama resa menyuruh aku untuk masuk ke ruang ICU.
Kembali aku tak dapat menahan airmata ini,Aku lihat Resa sudah begitu lemas dan tak mampu menahan penyakitnya lagi.aku pun melangkah ke hadapan resa.Aku genggam tangannya
               “Udah saatnya kamu bangu sa, Udah terlalu lama kamu tertidur, aku kangen sama kamu, dikit lagi hari jadian kita yang ke 4,aku pengen banget ngerayain hari jadian kita di danau sama kamu, kamu harus janji yah buat bangun dan terus melawan penyakit kamu itu”ucap aku dengan derai airmata yang tak mampu lagi aku tahan
Seketika tangan resa menggenggam erat tangan aku, aku pun terkejut melihat reaksi yang di berikan resa,terlihat mata resa yang berkedip, Namun rasanya berat sekali baginya untuk membuka matanya,Akuppun memanggil suster dan ketika dokter dan suster datang beberapa saat genggaman itu mulai melemah hingga alat pemacu jantung pun berubah menjadi garis lurus.
Dokter langsung menangani resa, Tanpa menyuruh aku untuk keluar aku hanya bisa memanggil namanya dan terus memberi dia semangat untuk bertahan,Sampai dokter menyatakan menyerah.Aku tak kuasa melihat tubuh resa yang kini menjadi kaku,Terdengar jerit tangis mama dan kakak rita.Tubuh resa pun di tutup oleh kain putih,Ketika aku melihat hal itu tiba-tiba tubuh aku terasa begitu lemas dan tak berdaya hingga aku pun jatuh pingsan.
Entah apa yang aku alami ketika aku bangun ternyata aku sudah berada di kamar aku. Aku berharap kejadian itu hanya mimpi, Tapi ternyata semua kenyataan, Karena aku lihat ada indri di samping aku dengan busana hitam-hitam
               “sabar yah, gue yakin ini jalan terbaik buat resa”ucap indri dan memeluk aku erat
               “terus sekarang resa gimana”tanya aku lemas
Indri menangis begitu terisak mendengar pertanyaan aku.lalu indri memeluk aku dan berkata“dia udah di makamin,tadinya mau nungguin loe tapi loe ga sadar-sadar”
Jawaban indri membuatku semakin terpukul, Begitu berat rasanya kenyataan ini harus aku pikul, Seakan tuhan ga adil akan diri aku kenapa harus resa yang pergi kenapa bukan aku saja, Aku tak mampu bila harus menjalani kehidupan ini tanpa resa.

Kepergian resa membuat aku berhenti sejenak menjalani kehidupan aku. Hingga orang tua aku membawa aku ke seorang psikiater, Sebulan aku ikuti terapi, Hingga akhirnya aku bisa menerima kenyataan ini, Kenyataan bahwa resa telah pergi dan takkan kembali lagi dalam kehidupan aku. Tak luput indri pun selalu menguatkan aku, Malam ini aku putuskan untuk mengemas barang-barang pemberian resa,Esok siang akan aku kembalikan semua barang ini pada keluarganya, Aku tak ingin larut dalam kesedihan, karena entah mengapa airmata aku mengalir begitu saja ketika aku melihat barang-barang ini bayangan tentang resa muncul kembali dan kisah-kisah terindah kita kembali terbayang.
Siang ini aku kerumah resa dengan membawa kotak berisi barang-barang resa dan es krim reza, Ketika aku sampai di depan pintu rumah resa aku dapati Reza sedang main seorang diri
               “kakak”sapanya ketika melihat aku
               “hai. Giman kabar kamu,ini kakak bawa sesuatu buat kamu”jawab aku sambil memberikan es krim yang aku bawa
               “baik kakak. Makasih yah”jawabnya begitu bergembira
               “mama ada de”tanya aku sambil mengusap kepalanya
Belum sempat Reza menjawab kak Rita keluar dari dalam rumah
               “winda”sapa kak rita sambil menyambut memeluk aku
               “gimana kabar de,udah lama ga main kesini”ucap kak rita
               “aku baik kak,aku lagi banyak tugas sekolah”jawab aku
               “ayo masuk dulu”ajak kak rita
               “ga usah kak, aku kesini Cuma mau balikin ini”jawab aku sambil memberikan kotak yang aku bawa pada kak rita
               ”kenapa kamu balikin semua ini de”tanya kak rita seusai melihat isi kotak yang aku bawa
               “aku rasa aku sudah tak mampu untuk menyimpan ini semua, maaf yah kak aku ga bisa lama-lama aku harus segera pulang,permisi”ucap aku lalu aku pun pergi meninggalkan rumah resa
Aku tak mampu berlama-lama di sana begitu banyak kenangan yang terukir di rumah itu dan aku tak mampu untuk melihat reza karena wajahnya begitu mirip dengan resa, Itu semua hanya akan membuat aku kembali terbayang sosok resa.

Semajak hari itu aku tak pernah lagi berkunjung ke rumah resa, Namun bagi aku hal terindah yang aku rasakan adalah ketika aku sempat mmengenal dan memiliki resa, walau hanya sementara, Banyak hal yang aku temukan dari resa, Aku menemukan arti sebuah kasih sayang,menghargai dan indahnya di cintai. Hingga hari Resa tak dapat aku lupakan bahkan tak mampu diri ini melupakannya, Karena dia akan selalu hidup di hati ku.

Selama jalan Cinta Pertama Aku, Aku yakin saat ini kau sedang bahagia di dalam Surga dan Kelak kisah kita kan abadi di dalam sana.